1.000 Homestay Bakal Dibangun di Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung

pelatihan homestay desa wisataSedikitnya 1.000 homestay diproyeksikan bakal dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung, Banten. Homestay itu untuk mengantisipasi lonjakan wisatawan nusantara dan mancanegara yang akan membanjiri Tanjung Lesung, ketika 2018 tol Serang Panimbang selesai dikebut. Selain itu, akan dibuat pula 100 toilet bersih menuju dan di kawasan pariwisata tersebut.”Silakan masyarakat yang ingin menjemput peluang usaha di sektor pariwisata. Budget kredit untuk per homestay itu sangat merakyat, nilainya sampai Rp 150 ribu, cicilan 2 tahun pertama bunga 5 persen fix, dan lama cicilan sampai 20 tahun. Ini sangat ringan, karena rata-rata hanya sekitar Rp 800 ribuan per bulan,” ujar Menpar Arief Yahya dalam rilisnya, kemarin.

Kemenpar, lanjut dia, akan bekerjasama dengan Kemen-PU PR, BTN dan swasta yang akan menjadi kontraktornya. Karena untuk kepentingan pariwisata, lanjut Arief, desain arsitektur rumah itu harus menonjolkan adat. Khusus di Tanjung Lesung, masih ala Sunda, agar homestay di sepanjang jalur menuju Tanjung Lesung kelihatan tertata rapi dan ada nilai budaya lokalnya.

Dengan angka cicilan rata-rata Rp 800 ribu itu, kata dia, target minimal 4 hari terisi dengan harga penginapan homestay Rp 250 ribu saja sudah cukup untuk mencicil. “Dengan promosi yang makin gencar, akses diperbaiki, atraksinya dijaga dan dioptimalkan, lalu amenitasnya, maka saya yakin ini akan menjadi peluang usaha yang menarik,” ujarnya.

Terkait manajemen dan hospitality di semua homestay itu, kata Arief, akan dilatih dan dimonitoring. Program ini, lanjut Arief, sebagai komitmen kerakyatan Presiden Joko Widodo untuk menghidupkan ekonomi masyarakat di sektor pariwisata.

Ibarat lokomotif, pariwisata itu punya gerbong yang panjang. Ekonomi yang ditarik dari sektor ini cukup banyak melibatkan industri kecil dan menengah. Dari soal akomodasi, transportasi lokal, restoran, kerajinan, pertanian dan perikanan sebagai suplai  konsumsi, pentas budaya dan kesenian tradisi, dan lain-lain. “Dampaknya bisa langsung dirasakan masyarakat dan menghidupkan ekonomi,” tandasnya.

Konsep yang sedang digagas untuk Tanjung Lesung ini juga bisa diterapkan di banyak kawasan wisata yang lain. Yang penting ada tanahnya, atau rumah yang mau diformat menjadi homestay. “Kebetulan, ada 10 destinasi prioritas yang sedang dikebut. Bisa di setiap top destinasi itu dikembangkan homestay milik masyarakat,” katanya. (‘*)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five × two =