Abu Vulkanik Kelud Tutupi Tiga Candi Besar di Klaten

Diklat pelatihan pariwisata-Abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud tidak hanya berdampak pada aktifitas warga, namun juga berdampak pada situs peninggalan sejarah dan pariwisata. Tiga candi besar di Klaten, yaitu Plaosan, Sewu, dan Sojiwan, tertutup abu vulkanik dengan ketebalan sekitar satu hingga 1,5 centimeter. Hal tersebut tentu membuat Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah melakukan penutupan situs itu untuk sementara. Salah satunya, tulisan tutup pun dipasang di depan pagar pintu masuk Candi Plaosan, yang terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan. “Untuk sementara ini memang kami tutup. Pasalnya, sejumlah candi di Klaten, termasuk Plaosan, tertutup dengan abu vulkanik akibat erupsi Gunung Kelud. Kami akan membuka kembali setelah selesai dilakukan pembersihan terhadap sejumlah cagar budaya tersebut,” tutur Kapokja Publikasi dan Pemanfaatan BPCB Jateng, Wahyu Kristanto, di Klaten, Sabtu (15/2/2014).

Wahyu juga mengatakan pembersihan candi akan dilakukan mulai Senin (17/2/2014) besok. Petugas BPCB yang mengani juga telah melakukan peninjauan ke lokasi. “Petugas BPCB juga telah mendatangi lokasi untuk melakukan pengecekan sementara. Pembersihan akan dilakukan pada jam kerja,” tambahnya.

Berdasarkan pantauan di Candi Plaosan, pintu pagar besi terlihat tertutup sekitar pukul 09.00 WIB. Lapisan abu-abu pada pagar bersih masih terlihat. Kondisi dari candi juga sepi pengunjung. Hanya ada seorang petugas sekuriti yang berjaga di pos jaga candi tersebut.

Candi Plaosan yang biasanya berwarna hitam keabu-abuan, kini sebagian berubah warna menjadi putih kecoklat-coklatan. Tidak ada debu abu vulkanik yang bertebaran di sekitar candi. Selain itu, tidak ada penutup di atas candi tersebut.

Sementara itu, Kepala Unit Plaosan dan Sojiwan BPCB Jateng, Deni Wahcju Hidajat, mengatakan, pembersihan akan dilakukan serentak di tiga candi besar tersebut. Jadwal pelaksanannya dimulai pagi hingga sore hari.

“Kita akan melaksanakannya sesuai dengn jam kerja. Dari pagi hingga sore hari. Kita sudah data dampaknya dan diserahkan kepada pimpinan,” tuturnya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

14 + fifteen =