Cidomo Didukung Jadi Transportasi Pariwisata Mataram

Pelatihan Pariwisata | Diklat Pariwisata-Kalangan DPRD Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat mendukung wacana Pemerintah Kota Mataram untuk menjadikan cidomo sebagai alat transportasi pariwisata di daerah itu.”Kita sangat setuju jika cidomo dijadikan alat transportasi pariwisata di Kota Mataram,” kata anggota Komisi II DPRD Kota Mataram Abdul Malik Thalib di Mataram, Sabtu.Cidomo adalah singkatan dari cikar, dokar dan motor di tarik dengan menggunakan kuda merupakan alat transportasi lokal di Kota Mataram.

Dikatakannya, Kota Mataram sebagai daerah tujuan wisata menjadi peluang bagi para pemilik cidomo untuk mengembangkan kreativitasnya untuk menarik perhatian para wisatawan.

Misalnya dengan merias cidomo agar terlihat bagus dan rapi, agar bisa menarik perhatian para wisatawan. Dengan menjadi cidomo pariwisata tentunya akan berdampak pada peningkatan penghasilan bagi pemilik cidomo.

“Karena nilai ekonomis cidomo menjadi alat transportasi pariwisata tentu akan lebih tinggi dibandingkan menjadi alat transportasi lokal,” katanya.

Terkait dengan itu, sebelum cidomo dicanangkan menjadi alat transportasi pariwisata, terlebih dahulu harus ada penataan terhadap kondisi cidomo.

Terutama untuk penampungan kotoran kuda, sehingga jangan sampai kotoran kuda dari cidomo itu berceceran pada jalan-jalan yang menjadi akses pariwisata.

Selaian itu, cidomo pariwisata harus memiliki indentitas khusus agar wisatawan dapat dengan mudah mengenali mana cidomo lokal dan mana cidomo pariwisata.

“Bila perlu kusir atau penarik cidomo menggunakan pakaian adat khas Lombok sebagai wujud dari moto Kota Mataram yang maju, religius dan berbudaya,” katanya.

Serta menentukan rute-rute khusus yang dapat dilewati oleh cidomo pariwisata, hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu akses lalu lintas pada titik-titik tertentu.

Ia menilai, solusi terhadap keberadaan cidomo di Kota Mataram menjadi alat transportasi pariwisata ialah salah satu solusi tepat jika dibandingkan akan adanya rencana pembatasan jumlah operasional cidomo.

“Jika hal itu dilakukan tentu akan memberikan dampak sosial kepada pemilik cidomo karena mereka harus kehilangan mata pencahariannya,” katanya.

Oleh karena itu, Abdul Malik berharap agar pemerintah dapat bersikap dan mencari solusi yang lebih baik terhadap keberadaan cidomo di Kota Mataram

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *