Harga Tiket Mahal, Wisman RI Jeblok

Mahalnya harga tiket pesawat sempat dikeluhkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama.

Pasalnya, hal ini berdampak pada menurunnya jumlah wisatawan dalam menggerakkan roda pariwisata. Bukan hanya Menpar, banyak wisatawan yang juga mengeluh karena tingginya harga tiket pesawat tersebut.
“Ya memang kenyataannya begitu, wajar aja kalau wisatawan mengeluh, karena memang cukup mahal dan kami akan berusaha terus untuk menekan harga tiket, mencari jalan,” katanya di kantor Kemaritiman dan Investasi, awal pekan ini.

Penyelesaian dalam persoalan tingginya tiket pesawat memang butuh dukungan beragam stakeholder. Yang utama tentu dengan maskapai-maskapai terkait.

“Saya mesti diskusi dengan Menteri BUMN (Erick Thohir), Garuda (PT. Garuda Indonesia) sama harga avtur, terus sama banyak hal lah dengan Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi) juga,” katanya.

Mahalnya harga tiket pesawat berdampak pada realisasi kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tahun ini, yang diprediksi hanya mencapai 16,3 juta orang. Jumlah itu meleset dari target yang ditetapkan, yaitu 18 juta orang.

Kunjungan wisman berkaitan erat dengan pergerakan penumpang di bandara. Beberapa waktu lalu, PT Angkasa Pura II (Persero) memprediksi pergerakan di 16 bandara hanya 90,5 juta penumpang, turun 18,5% dibanding tahun lalu yang mencapai 112,6 juta penumpang.Tak ayal, sektor yang berkaitan langsung dengan pariwisata misalnya bisnis perhotelan pun mengalami dampaknya. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan tren sudah terlihat dari menurunnya angka okupansi hotel di Indonesia.

“Tahun lalu 54-55%, sekarang 52-53%,” katanya pada konferensi pers outlook perekonomian Apindo awal Desember lalu.

Ada beberapa kota yang terguncang akibat menurunnya okupansi hotel ini. Di antaranya Jayapura, Ambon, Makassar sedang mengalami penurunan. Hariyadi mengatakan banyak kota di luar Jawa juga yang okupansi hotelnya mengalami penurunan, terkecuali Sumbar.

“Jawa yang masih stabil, Jakarta. Jogja turun juga. Overall yang stabil hanya Jakarta dan Sumbar. Bali juga turun,” katanya.

Apalagi, jika melihat karakteristik wisatawan mancanegara yang lebih memilih untuk pergi lama dalam satu waktu periode. Harga tiket pesawat menjadi pertimbangan yang kuat untuk memilih destinasi. Bukan tidak mungkin tingginya harga tiket pesawat membuat wisatawan mancanegara berpikir dua kali sebelum berlibur ke Indonesia.

“Indonesia kan luas, mereka (utama wisatawan asing) mau kunjungi beberapa tempat. Dari Eropa itu multi destinasi, nggak satu tempat Bali aja. Kalo tiket mahal kan itu jadi perhitungan juga,” papar Hariyadi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 × 3 =