Holding Penerbangan dan Pariwisata Ciptakan Nilai Tambah

Holding Penerbangan dan Pariwisata Ciptakan Nilai Tambah

Pelatihan Pariwisata – PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I menyambut positif rencana holding penerbangan dan pariwisata. Vice President Corporate Secretary AP I Handy Heryudhitiawan mengatakan holding penerbangan dan pariwisata akan menciptakan penerbangan yang efisien dan kuat dengan didukung daya tarik pariwisata.
“Karena keduanya saling terhubung erat saling mempengaruhi,” ujar Handy saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Senin (10/8).

AP I, kata Handy, menilai holding penerbangan dan pariwisata juga akan berdampak baik bagi AP I yang menyediakan jasa kebandaraan. Sinergitas ini diyakini akan meningkatkan pertumbuhan pergerakan pesawat maupun penumpang.

“AP I sebagai bagian dari proses alur penerbangan, tentu melihat hal tersebut hal yang memberikan nilai tambah atau benefit tidak hanya bagi maskapai, spot destinasi, namun juga bandara,” lanjut Handy.

Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto menilai rencana pembentukan holding BUMN aviasi dan pariwisata relatif lebih mudah terealisasi saat ini ketimbang melakukan merger BUMN yang bergerak di dua sektor tersebut.

“(Merger) menurut saya secara teknis akan sulit karena kondisi GIAA (Garuda Indonesia) yang sedang mengalami kesulitan finansial,” ujar Toto.

Sementara, kata Toto, ide pembentukan holding aviasi dan pariwisata dapat diterapkan dan lebih mudah diimplementasikan. Kendati begitu, Toto menilai perlu adanya pemimpin atau induk usaha yang kuat dalam memimpin BUMN-BUMN yang ada dalam sati holding demi terciptanya value creation.

Toto mengarakan rencana mengintegrasikan sektor aviasi dengan pariwisata sejalan dengan konsep subholding Menteri BUMN Erick Thohir yang menyatukan industri hulu-hilir di bidang tourism and hospitality.

“Apalagi pariwisata andalan devisa nasional sehingga percepatan pemulihan sektor ini sangat diharapkan segera,” lanjut Toto.

Toto berpandangan dengan konsep subholding maka penawaran pariwisata pascacovid bisa diintegrasikan antara kombinasi tempat wisata yang atraktif, akomodasi hotel yang menarik, serta tarif transportasi udara yang kompetitif dan bisa dijual dalam satu paket bundle yang menarik.

Toto menerangkan, nilai jual kawasan pariwisata tergantung pada faktor atraksi, amenitas, dan aksesibilitas. Ketiganya merupakan bagian dari core bussiness BUMN-BUMN yang bergerak di sektor aviasi dan pariwisata.

“Dengan model bundling seperti ini maka nilai jual obyek pariwisata menjadi kompetitif dibandingkan kompetitor di kawasan regional,” ungkap Toto.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin memanfaatkan momentum penurunan jumlah wisatawan saat pandemi untuk memperbaiki dan menata sektor pariwisata dan juga penerbangan. Sebab, berdasarkan rilis dari BPS, pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua jatuh di angka minus 5,32 persen.

Sektor yang paling terdampak dan terkontraksi sangat dalam yakni sektor pariwisata dan sektor penerbangan. Hal ini disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas penggabungan BUMN sektor aviasi dan pariwisata di Istana Merdeka, Kamis (6/8).

“Menurut saya penurunan ini justru menjadi momentum kita untuk konsolidasi, untuk transformasi di bidang pariwisata dan juga di bidang penerbangan, melalui penataan yang lebih baik mengenai rute penerbangan, penentuan hub, penentuan super hub, dan juga kemungkinan penggabungan BUMN dan pariwisata sehingga arahnya menjadi semakin keliatan,” jelas dia.

Jokowi mengatakan, pada triwulan kedua 2020, wisatawan mancanegara yang melakukan kunjungan ke Indonesia hanya sebanyak 482 ribu orang. Jumlah ini turun tajam hingga 81 persen untuk periode quarter to quarter dan turun 87 persen untuk periode year on year.

“Artinya memang turunnya terkontraksi sangat dalam,” tambahnya.

Melalui penataan dan perbaikan di sektor penerbangan dan pariwisata ini diharapkan mampu menciptakan pondasi ekonomi yang lebih kokoh di sektor pariwisata dan transportasi. Jokowi pun meminta agar dilakukan sebuah lompatan dalam pengelolaan sistem pariwisatadan pendukungnya, termasuk sektor penerbangan.

Selain itu, manajemen di sektor pariwisata dan pendukungnya pun harus terintegrasi dan terkonsolidasi. Mulai dari manajemen airline, manajemen bandara, manajemen layanan penerbangan yang tersambung dengan manajemen destinasi, manajemen hotel, dan perjalanan, hingga manajemen produk-produk lokal dan industri kreatif.

“Betul-betul harus didesain dengan manajemen yang lebih terintegrasi, lebih terkonsolidasi dari hulu sampai hilir. Ini yang tidak pernah dilakukan,” ujar Jokowi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

four × three =