Industri Pariwisata Lesu Menjelang Lebaran

Dalam bisnis, setiap momen merupakan peluang yang dapat bernilai ekonomi. Begitu juga dalam industri pariwisata. Seperti tahun-tahun sebelumnya, perayaan Idul Fitri atau kerap disebut Lebaran, biasanya selalu disertai dengan perputaran uang dengan booking paket pariwisata. Imbas positifnya, tingkat pembelian tiket ikut naik, sektor transportasi bergerak lebih cepat dan perhotelan lebih sibuk melayani para tamu. Namun, ternyata pada tahun ini, geliatnya lumayan lesu dibanding tahun lalu. Sejumlah pengusaha travel di Medan misalnya, mengaku terpukul. Hal itu dikarenakan tiga faktor utama, yaitu tahun ini suhu politik yang lebih panas dari sebelumnya, waktu yang berdekatan dengan masa masuk sekolah dan yang tidak kalah siginifikan ialah nilai tukar rupiah yang melemah ke Rp 12.000/dolar AS.
“Tahun ini rasanya benar-benar turun drastis. Tidak hanya saya, beberapa teman pengusaha travel juga ikut menjerit. Biasanya pada hari-hari menjelang Lebaran seperti ini sudah ada grup perjalanan yang kita handle. Misalnya kunjungan kerja dari luar kota ke Medan. Begitu juga perusahaan-perusahaan, seperti bank yang ingin berkunjung ke luar negeri. Tapi, tahun ini sama sekali nggak ada,” ujar Mercy Panggabean, Direktur Pemasaran PT. Wesly Tour & Travel, ketika dihubungi MedanBisnis, Senin (14/7).

Menurut perempuan yang akrab disapa Ecy itu, perusahaan biro perjalanan yang sudah berdiri sejak tahun 2005 silam itu tidak pernah mengalami kemerosotan pendapatan pangsa pasar seperti tahun ini. “Biasanya, meskipun pada masa Pileg maupun Pilpres, setidaknya kita masih tetap handle tamu. Umumnya tamu grup, baik inbond (ke dalam negeri) maupun outbond (keluar negeri). Tahun ini banyak perusahaan yang belum mengeluarkan anggarannya,” katanya.

Lemahnya nilai tukar rupiah yang turun ke level Rp 12.000/dolar AS juga berdampak drastis pada pemesanan paket perjalanan ke luar negeri. Semisal, perjalanan wisata ke Eropa yang pada tahun ini animo sangat rendah.

Betapa tidak, jelas Ecy, bila misalnya pada tahun lalu ia masih dapat menawarkan paket perjalanan wisata rohani (holyland) dengan harga paket sekitar Rp 25 juta – 26 juta per orang, kini harga paket harus disesuaikan dengan nilai tukar rupiah ke dolar AS.

Bila dikonversikan maka kini setidaknya harga yang harus dipasarkan sekitar Rp ang Lebaran yang berdekatan dengan musim masuk sekolah. Sehingga anggaran lebih difokuskan untuk sekolah.

Sementara Ketua DPD Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Sumut, Maruli Damanik, Senin (14/7) kepada MedanBisnis mengatakan, untuk pasar pariwisata inbond, pengusaha PT Lovely Holiday ini, seperti tahun-tahun sebelumnya memang mengandalkan kunjungan wisatawan dari negara-negara ASEAN, khususnya Malaysia, Singapura dan Thailand.

Tahun ini, jelas Maruli, kenaikannya tidak begitu siginifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Wisatawan dari Malaysia misalnya hanya mencapai 30%, begitu juga dari Singapura (20%) dan Thailand (20%), sisanya dari beberapa negara lain.

Ada banyak faktor yang memengaruhi, semisal sempat terjadi krisis, seperti Thailand yang sempat dicemaskan karena adanya represi politik yang memanas ditandai dengan adanya aksi demontrasi. Hal itu sempat mengurangi minat warga lokal untuk berwisata ke negeri Gajah Putih itu.lbersambung.
(tonggo simangunsong)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *