Lebaran “Topat” jadi kalender pariwisata NTB

Pelatihan Pariwisata | Diklat Pariwisata | Jadwal Pelatihan PariwisataMantan Gubernur Nusa Tenggara Barat H Lalu Serinata meminta agar Lebaran Topat yang dilaksanakan seminggu setelah Idul Fitri bisa menjadi agenda dalam kalender pariwisata di daerah tersebut.Karena menurut Serinata di Mataram, Selasa, meski di beberapa daerah juga diadakan tradisi semacam itu. Namun, tidak semeriah seperti yang diselenggarakan di Pulau Lombok. “Memang di tempat lain juga ada, tetapi sangat berbeda di Lombok. Karenanya, kalau ini terus diselenggarakan akan menambah daya dukung pariwisata dan budaya Pulau Lombok khususnya dan NTB pada umumnya,” katanya.
Ia menambahkan, sebagai daya tarik pariwisata dan budaya NTB, semestinya pada saat penyelenggaraan Lebaran Topat, perlu ada kegiatan lain yang menyertainya. Contohnya, penampilan tradisi peresean, gendang beleq, dan kesenian tradisional rudat.

“Kalau ini diikut sertakan, tentunya akan menambah daya tarik Lebaran Topat itu sendiri, terutama bagi wisatawan yang berkunjung ke NTB,” ujarnya.

Sebab, lanjutnya, setiap tahun jumlah wisatawan yang berkunjung ke NTB terus meningkat. Karena itu, bila kegiatan seperti Lebaran Topat yang dilaksanakan setiap tahun tersebut dikemas semenarik mungkin, maka tidak menutup kemungkinan pariwisata NTB akan terus berkembang dan maju.

Untuk itu, ia berharap para pemangku amanah, baik Gubernur maupun Bupati/Wali Kota dimana menjadi lokasi kegiatan penyelenggraan Lebaran Topat dapat mempersiapkan kegiatan tersebut sedini mungkin, sehingga memberikan efek yang luar biasa bagi daerah dan dengan sendiri kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik.

Lebaran Topat adalah tradisi yang dilaksanakan masyarakat Sasak (Etnis Lombok) seminggu setelah Idul Fitri. Tradisi itu adalah suatu “lebaran kecil” setelah umat Islam menunaikan puasa sunah bulan Syawal, yaitu puasa selama enam hari berturut-turut setelah Idul Fitri.

Pada hari tersebut selepas subuh, masyarakat di Pulau Lombok merayakannya dengan beramai-ramai mendatangi tempat wisata, seperti pantai ataupun beberapa makam leluhur.

Mereka datang bersama keluarga dengan membawa bekal ketupat, kue bantal, maupun lauk-pauk dan bermacam-macam penganan layaknya berekreasi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five × 2 =