Pelatihan Pariwisata| Diklat Pariwisata –Meledaknya industri pariwisata membuat penerbangan di Jepang harus berjuang memenuhi permintaan karena kurangnya jumlah pilot yang tersedia. Ini terjadi karena semakin banyaknya jumlah penduduk tua dan sedikitnya penduduk usia produktif di negeri itu. Pariwisata adalah salah satu industri di Jepang yang tumbuh paling cepat. Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, rekor tinggi jumlah wisatawan asing terjadi pada April, yaitu naik 33 persen dari tahun lalu.
Dinas Pariwisata Jepang pun mengatakan jika pengeluaran turis di negara tersebut meningkat 31 persen menjadi 1,4 triliun yen pada 2013. Dan pemerintah menargetkan kenaikan 20 juta turis ketika Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade pada 2020.
Tetapi saat yang sama, industri penerbangan Jepang terguncang dengan adanya ribuan penerbangan yang berisiko dibatalkan pada musim panas ini. Maskapai Peach Aviation mengaku pada Mei bahwa 2.000 jadwal penerbangannya terpengaruh akibat kekurangan pilot, dengan 448 perjalanan dibatalkan sejak saat itu hingga Oktober.
Vanilla Air juga terpaksa membatalkan 154 penerbangan pada Juni karena kekurangan staf. Anggota DPR Jepang, Yuriko Koike mengajukan kebijakan untuk mendorong tingkat kelahiran di negara itu.
“Kita sudah tahu bahwa jumlah pilot berada dalam krisis. Pilot era baby boomer sekarang akan pensiun – dan pilot muda baru belum direkrut dengan baik,” jelasnya, seperti dilansir The Telegraph.
Dua tahun lalu, Organisasi Penerbangan Civil Internasional (International Civil Aviation Organisation atau ICAO) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan permintaan jumlah pilot akan berlipat ganda. Dengan jumlah pilot sekira 463.386 pada 2010, mereka memerkirakan akan ada permintaan untuk 980.799 pilot pada 2030.
Rendah gaji bagi pilot muda dikatakan menambah permasalahan pada industri yang sedang mempersiapkan pensiun massal bagi para pilot usia tua ini. Vanilla Air bahkan telah memotong sekira sepertiga jumlah penerbangan domestiknya dengan lebih dari 2.500 penumpang terkena dampak.
“Jika tidak ada tindakan untuk meningkatkan kapasitas pelatihan, kekurangan personel penerbangan yang memenuhi syarat mungkin dimulai lebih awal,” kata Sekretaris Jenderal ICAO Raymond Benjamin pada 2011.