Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Harus Menjadi Prioritas Pemerintahan Mendatang

Pelatihan Pariwisata|Diklat Pariwisata-Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif harus menjadi prioritas ekonomi pemerintahan mendatang karena berpotensi besar dalam mengatasi persoalan defisit neraca perdagangan. Peneliti senior CORE Indonesia Muhammad Faisal melihat sektor pariwisata dan ekonomi kreatif belum menjadi arus utama kebijakan ekonomi. Itu terlihat dengan belum masuknya sektor ini dalam prioritas Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan diletakkan pada sektor kesejahteraan rakyat, bukan bidang ekonomi. “Sektor pariwisata Indonesia masih memiliki pertumbuhan yang baik, dengan realisasi investasi kuartal I 2014 mencapai US$130,13 juta. Agar dapat bersaing dengan negara-negara tetangga dalam konteks MEA 2015, pemerintah perlu melakukan banyak terobosan,” kata Faisal berdasarkan keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (8/5).

Menurut dia, salah satu terobosan yang perlu dilakukan adalah perlunya pemanfaatan ekonomi kreatif untuk memberi nilai tambah pariwisata Indonesia. Sehingga berdampak positif meningkatkan pendapatan masyarakat, serta memperbaiki koordinasi antarlembaga pemerintah di sektor tersebut. “Pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif memerlukan peran pemerintah, Kemparekraf, untuk koordinasi kebijakan secara vertikal, horisontal, maupun kerjasama dengan seluruh stakeholder lainnya,” imbuh Faisal.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Kemparekraf I Gde Pitana menyatakan, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan sektor penting dalam perekonomian, karena berpengaruh positif terhadap peningkatan Product Domestic Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja dan sumber devisa nasional.

“Data Kemparekraf menunjukkan kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional sebesar Rp 347,35 triliun atau sekitar 3,8% dari total PDB. Aspek positif dari kontribusi sektor tersebut jelas tidak dapat dipungkiri,” ujar I Gede Patana. Lebih jauh, ia menyorot dampak pariwisata tersebut dalam aspek penyerapan tenaga kerja, yakni sekitar 10,18 juta orang atau 8,89% dari total tenaga kerja nasional.

Sementara itu, Cokorda Dewi, staf khusus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bidang perencanaan dan program menggarisbawahi pentingnya keterkaitan antara pariwisata dengan ekonomi kreatif. Isu sinergi antara pariwisata dengan ekonomi kreatif tersebut diungkap oleh Dewi dalam berbagai contoh kecil kegiatan pariwisata di tingkat lokal. Atraksi kreatif seringkali menjadi bagian tidak terpisahkan dari suatu destinasi, bahkan membantu mengembangkan secara langsung pariwisata itu sendiri.

Dewi juga memberi informasi terkait upaya khusus dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam program Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Dia mengungkapkan bahwa untuk membangun satu wilayah KSPN itu, dibutuhkan upaya bersama yang kuat. Satu wilayah KSPN dia sebut memiliki luas wilayah yang berkali-kali lipat dibandingkan suatu wilayah ekonomi khusus. Terakhir, dia menyebut, pembangunan ekonomi pariwisata adalah yang paling merata jika dibandingkan sektor ekonomi lain.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five × 2 =