Pariwisata DIY Masih Butuh Pemerataan

arung-jeram-progoDaerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sampai saat ini  masih menjadi destinasi pariwisata favorit di Indonesia setelah Bali. Atraksi wisata mulai wisata alam, kuliner maupun budaya menjadi nilai lebih bagi wilayah ini. Meskipun demikian saat ini, wisatawan yang datang ke DIY belum merata ke lima kabupaten dan kota wilayah ini. Rata-rata wisatawan masih terkonsentrasi di tiga kabupaten/kota saja yakni Yogyakarta, Sleman dan Gunungkidul. Kepala Seksi Promosi Dinas Pariwisata DIY, Putu Kertiyasa mengatakan kedepan pengembangan destinasi wisata seperti ke wilayah Kulonprogo dan Bantul akan terus digenjot.

Sebab, selama ini dua wilayah ini masih sangat potensial sebagai destinasi wisata lain di DIY. Ia menyebut seperti Kulonprogo, selain Pantai Glagah, atraksi wisata arung jeram (rafting) di Sungai Progo sangat potensial menjadi destinasi wisata adrenalin. “Tahun ini rafting akan semakin diangkat, nanti bantuan perahu karet juga akan kami berikan,” jelas Putu kepada Tribun Jogja, Selasa (14/1/2014).

Menurut Putu dari laporan yang masuk ke Dinas Pariwisata, peminat atraksi wisata rafting wilayah ini semakin banyak. Mengangkat potensi itu kata dia, Dispar DIY terus mendorong daerah untuk serius menggarap dan mengembangkan potensi wisata yang ada sehingga wisatawan yang datang ke DIY semakin punya banyak alternatif tujuan wisata.

Selain Kulonprogo, Kabupaten Bantul juga masih punya banyak atraksi wisata yang belum dikelola secara maksimal seperti halnya wisata susur goa yang sudah mulai tren di wilayah Gunungkidul. Wisatawan masih terpusat di Pantai Parangtritis dan Depok. Menurut Putu sebenarnya tiap kabupaten/ kota di DIY memiliki karakteristik yang unik dan beda. Potensi-potensi ini kedepan terus dilakukan pemetaan agar wisatawan memiliki panduan yang lebih baik.

Diakui Putu saat ini, kunjungan wisatawan domestik ke DIY terus naik dari tahun ke tahun. Jika sebelumnya wisatawan masih terkonsentrasi di seputaran Malioboro, belakangan persebaran wisatawan mulai bergerak ke arah Gunungkidul dan Sleman.

“Pemerataan pariwisata masih perlu agar tidak ada ketimpangan. Penyelenggaraan event-event juga harus ditambah untuk menarik wisatawan,” ucap Putu.

Geliat industri pariwisata di DIY selama 2013 menjadi roda pendorong masuknya aliran uang ke DIY selama 2013. Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, Arief Budi Santoso mengatakan 2013 uang masuk ke DIY lebih tinggi dibanding uang keluar (outflow). Pada 2013 di DIY bahkan mengalami net inflow sebesar Rp 2,7 triliun.

Tingginya aliran uang masuk ke DIY kata dia, khususnya ditopang sektor pariwisata wilayah ini yang semakin bergeliat.

“Ini artinya lebih banyak orang luar kota yang membelanjakan uangnya selama di DIY,” jelas Arief.

Tingginya inflow ke DIY juga kata dia berarti kegiatan usaha di DIY berkembang. Jika kondisi ini terus berlanjut, Arief optimis 2014 perekonomian di DIY akan semakin membaik

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *