Pariwisata Memiliki Ketahanan yang Paling Tinggi

Pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf) merupakan sektor jasa menjadi sumber pertumbuhan baru serta menciptakan lapangan kerja yang memberikan nilai tambah tinggi bagi Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC). AEC yang mulai diberlakukan tahun depan atau 2015 menjadi kawasan ekonomi terintegrasi bagi 10 negara anggota ASEAN serta sebagai pasar tunggal (single market) yang membebaskan aliran barang, jasa, investasi, maupun tenaga kerja trampil di kawasan itu. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu mengatakan, pariwisata merupakan sektor yang memiliki ketahanan tinggi (resilience) terhadap krisis. Dalam situasi ketidakpastian dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global, sektor pariwisata di wilayah Asia Tenggara (ASEAN) termasuk Indonesia mampu tumbuh tinggi. Untuk wilayah Asia Tenggara tahun 2013 tumbuh sebesar 12% atau tertinggi di dunia berdasarkan wilayah, sementara wilayah Asia Pasifik 6%, Amerika 3,6%, Eropa 5,4%, Afrika 5,6%, dan Timur Tengah 0,3%.

“Tahun 2013 sumbangan sektor pariwisata terhadap ekonomi negara-negara ASEAN secara langsung maupun tidak langsung sekitar 8-9% dari PDB serta menciptakan 1 dari 11 pekerjaan,” kata Mari Pangestu dalam acara talkshow KOMPeK 16“Strengthening Domestic Trade to Engage in 2015 Asean Economic Community” dengan mengangkat tema ‘Optimalisasi Perdagangan Dalam Negeri dalam Menghadapi AEC 2015’ yang berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman Gedung Sapta Pesona Jakarta, Senin (10/2/2014).

Mari menjelaskan, kontribusi pariwisata ASEANterhadap pariwisata global sebesar 7,5% atau mencapai 90,2 juta wisatawan dengan komposisi 46% adalah intra-ASEAN, 32% Asia lainnya terutama RRT, Jepang, Korea dan India, serta 22% dari luar Asia (Amerika, Eropa, Afrika, dan Pasifik).

Hasil kajian UN-WTO menyebutkan prospek pariwisata ASEAN ke depan semakin cerah dengan proyeksi pertumbuhan mencapai 10,3% pada 2030.Hal serupa juga disampaikan World Travel and Tourism Council (WTTC) yang memperkirakan adanya kebijakan kemudahaan visa dapat menambah kunjungan wisatawan sebesar 6-10 juta orang ke ASEAN pada 2016 dan akan terjadi peningkatan pendapatan sebesar US$ 7-10 juta.

Mari mengatakan, tingginya pertumbuhan pariwisata di kawasan ASEAN disebabkan berbagai faktor antara lain perbaikan infrastruktur dan peningkatan konektivitas penerbangan langsung termasuk perluasan low cost carrier (LCC), peningkatan daya beli di kawasan Asia, penyempurnaan dan fasilitasi visa, maupun kerja sama intra-ASEAN. “Ini menunjukkan pentingnya peran people-to-people connectivity dalam mewujudkan AEC 2015,” kata Mari.

Pada acara itu Mari juga menjelaskan bahwa kinerja pariwisata Indonesia 2013 cukup memuaskan, dengan meraih 8,8 wisman atau tumbuh 9,42% dengan perolehan devisa US$ 10,05 miliar meningkat 10,23% dibandingkan tahun 2012. Sedangkan dari wisatawan nusantara (wisnus) tahun 2013 terjadi pergerakan 248 juta wisnus dengan uang yang dbelanjakan mencapai Rp 154,7 triliun atau dua kali lipat lebih besar dari wisman. “Tahun 2013 kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB sebesar Rp 347,35triliun atau sekitar 3,8% dari total PDB Nasional,” ujar Mari.

Dampak terbesar sektor kepariwisataan 2013, menurut Mari, terjadi pada penyerapan tenaga kerja mencapai 10,18 juta orang atau 8,89% dari total tenaga kerja nasional.

Sementara itu untuk ekonomi kreatif, tahun 2013 kontribusi terhadap perekonomian nasional mencapai Rp 641,8 triliun atau sebesar 7% PDB nasional dengan pertumbuhan 5,76% atau di atas laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,74%. Dampak dari ekonomi kreatif tahun 2013 menciptakan lapangan kerja sebanyak 11,8 juta orang.

Pariwisata dan ekonomi kreatif, menurut Mari, merupakan sektor jasa yang paling siap memasuki era AEC 2015, hal ini karena ditunjang oleh sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (termasuk kekayaan budaya atauheritage sebagai resources utama dalam mencipta karya kreatif) yang unggul serta memiliki daya saing global.

Menurut World Economic Forum (WEF) pada 2013 peringkat daya saing Indonesia berada di urutan 70 atau naik empat tingkat dibandingkan tahun 2011 berada di peringkat 74. Peringkat Indonesia ini masih di bawah Singapura (peringkat 10), Malaysia (34), dan Thailand (43) yang unggul dalam hal infrastruktur. “Daya saing Indonesia unggul dalamsumber daya alam (peringkat 6) dan daya saing harga atau price for value (peringkat 9),” kata Mari.

Kualitas SDM, kata Mari, menjadi kunci sukses dalam menghadapi AEC 2015. Oleh karena itu, Kementerian Pariwisita dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah mempersiapan cukup lama, misalnya, sejak 2007 hinga 2013 telah telah melakukan sertifikasi sebanyak 58.627 tenaga kerja pariwisata di bidang hotel dan restoran, spa, biro perjalanan, jasa boga, MICE maupun pemandu wisata (tour guide). Hal ini sebagaimana mengacu dari implementasi Mutual Recognition Agreement (MRA) on Tourism Professionals yang menyepakati 32 standard profesi bidang pariwisata.

Dalam penguatan SDM ekonomi kreatif, menurut Mari, Kemenparekraf telah melakukan berbagai program peningkatan kapasitas (capacity building)untuk para pelaku kreatif maupun memfasilitasi peningkatan kemampuan usaha dalam inkubator bisnis sebagai upaya memunculkan paraentrepreneur kreatif yang masuk pasar global.

Banyak wirausaha muda kreatif Indonesia setelah mengikuti program inkubator bisnis kini mampu bersaing di pasar global (termasuk pasar ASEAN) di antaranya wirausaha muda di bidang fesyen atau desainer, konten digital (game online dan animasi) dan sofware sepert; i Tex Saverio, Toton Januar, Vinora Ng, Novita Yunus (desainer tas), Liana Gunawan (desainer sepatu), Nanida Jenahara Nasution (desainer baju muslim), Dread Out (game online), Binekon (animasi ditigal) Binekon, danKuasa (software) yang yang mendapatkan kesempatan pitching dengan salah satu venture capital dari Jepang. “Andalan dari ekonomi kreatif adalah para pelaku-pelaku kreatif itu sendiri. Pemerintah menfasilitasi dan mendorong paraenterpreuner kreatif menjadi wirausaha muda kreatif yang mampu berkompetisi di pasar global,” kata Mari.

Acara talkshow yang dihadiri sekitar 400 peserta dari kalangan siswa SMA dan guru pembimbing ini merupakan bagian dari kegiatan KOMPeK (Kompetisi Ekonomi FEUI) bagi para siswa SMA se-Indonesia. Para siswa selain menghadiri talkshow juga mengikuti berbagai kompetisi seperti debat, menulis essai, quiz ekonomi, maupun lomba membuat business plan. Sebagai nara sumber dalam acara talkshow adalah Menparekraf Mari Pangestu, Pengamat Ekonomi Prof. Dr. KH. Miftah Farid , Pengusaha dan Investor Ellies Sutrisna , serta dari UKM Center Dewi Meisari. (Mun/A-147)***

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 × 5 =