Pengentasan Kemiskinan di Indonesia lewat Pembangunan Pariwisata Digital

Pelatihan Pariwisata – Salah satu sumber kekayaan negara Indonesia yang terbesar adalah keindahan alamnya, hal ini disebabkan karena lokasi Indonesia yang sangat strategis diantara samudra Pasifik dan samudra Hinda, membuatnya memiliki banyak obyek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi, seperti hutan, pantai, gunung, lembah dan lainnya. Total pulau di Indonesia saja mencapai 17.491 pulau, bukan pertanyaan lagi jika Indonesia mempunyai beberapa tujuan pariwisata terbaik di dunia seperti Bali, Yogyakarta, Papua, Batu dan lain sebagainya. Pemerintah Indonesia sedang sangat serius mengembangkan pariwisata dan diharapkan sektor ini dapat membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan masyarakat lokal di sekitar tempat wisata tersebut.

Oleh karena itu, pemerintah lewat program 10 Bali Baru mengembangkan infrastruktur dan promosi untuk 10 tempat wisata terbaik tanah air agar memiliki reputasi yang baik seperti Bali. Adapun 10 destinasi wisata prioritas tersebut adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Tanjung Kelayang di Kepulauan Bangka Belitung, Tanjung Lesung di Banten, Kepulauan Seribu di Jakarta, Borobudur di Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, Mandalika di Nusa Tenggara Barat, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, dan Morotai di Maluku Utara.

Selain itu, selaras dengan pembangunan industri digital di Indonesia dan juga untuk menyesuaikan diri dengan new normal dalam rangka mengurangi penyebaran virus COVID-19, pemerintah melakukan digitalisasi di sektor pariwisata, yang diklaim sangat efektif untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Lantas bagaimana digitalisasi di sektor pariwisata dapat membantu perekonomian masyarakat lokal?

Pemerintah Indonesia fokus pada 4 aspek dalam digitalisasi sektor pariwisata, yaitu aspek distribusi, promosi, pembayaran, dan pelatihan. Pemerintah melaksanakan pengembangan pariwisata digital melalui strategi kemitraan dengan BUMN dan start-up, tujuan kemitraan adalah pembangunan infrastruktur dan transfer teknologi, masyarakat lokal pada akhirnya diberdayakan karena mereka yang akan bertemu wisatawan di lapangan dan berperan besar dalam memberikan pengalaman yang berkesan dan impresif kepada wisatawan, juga bertindak sebagai pencipta nilai dan kolaborator dalam mempromosikan kampung halamannya sebagai tujuan wisata.

Aspek pertama adalah distribusi, kurangnya keterampilan dan sumber daya keuangan telah menjadi masalah bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia sejak lama. Oleh karena itu pemerintah Indonesia bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi milik negara menginisiasi UKM Go Digital dengan menyediakan online platform untuk produk pariwisata, yang bernama Indonesia Tourism Exchange. Di portal tersebut, pembeli, penjual, dan mitra pariwisata di seluruh Indonesia semuanya terhubung seharian penuh. Sistem ini memungkinkan bisnis dan wisatawan untuk membeli dan menjual dengan cepat dengan biaya rendah dan memastikan mereka bisa mendapatkan penawaran terbaik di pasar. Produk tersebut antara lain paket wisata, tiket tempat hiburan, tiket pesawat, hotel, persewaan mobil dan lain sebagainya. Hal ini tidak hanya membantu UKM yang ada untuk berkembang dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja, melainkan juga membuat mereka yang belum mendirikan bisnis, menjadi termotivasi untuk mendirikannya.

Aspek yang kedua adalah promosi, pemerintah senantiasa melakukan promosi pariwisata untuk menarik wisatawan asing masuk ke Indonesia lewat mereknya “Wonderful Indonesia”. Kementerian Pariwisata Indonesia membuka kerja sama dengan perusahaan digital besar dunia seperti Google, Baidu, Alibaba, Traveloka, Expedia dan lain sebagainya untuk mempercepat digitalisasi digital marketing di masing-masing destinasi pariwisata.

Aspek yang ketiga adalah teknologi pembayaran. Di dalam teknologi pembayaran, Bank Indonesia telah merilis alat pembayaran digital bernama Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) guna menyesuaikan dengan tren teknologi saat ini dan mendorong ekonomi kreatif. Inovasi tersebut telah diadopsi oleh Bali dan dianggap sebagai strategi yang tepat untuk beradaptasi dengan normal baru di tengah pandemi COVID-19. Dengan pembayaran menggunakan uang digital, masyarakat tidak perlu khawatir lagi terpapar virus COVID-19 karena mereka tidak perlu melakukan interaksi fisik dengan wisatawan, mengingat virus dapat menyebar melalui kontak fisik dan uang. Hal ini mempermudah pembayaran dan membuat wisatawan semakin senang berbelanja karena dompet digital lebih aman dari uang konvensional, mereka tidak perlu takut uang mereka dirampok dan dicuri lagi.

Aspek yang keempat adalah pelatihan, pelatihan ini sangat krusial dalam mengentaskan kemiskinan karena ini adalah aspek yang paling banyak melibatkan keikutsertaan masyarakat lokal. Pelatihan dapat meliputi pelatihan digital seperti yang dilakukan pemerintah Indonesia yang bekerja sama dengan perusahaan start-up bernama Caventer Indonesia dalam proyek bersama bernama GOERS, di mana masyarakat lokal dididik mengenai pemasaran media sosial dan membuat objek wisata lebih instagramable seperti yang dilakukan Kampung Tridi di kota Malang. Selain itu, pelatihan digital masyarakat lokal juga sangat penting membantu mereka mendapatkan penghasilan dari pembangunan start-up di Indonesia. Sebagai contoh, perusahaan GOJEK yang menawarkan jasa transportasi online berupa motor dan mobil, mereka berhasil memberikan pendapatan ke 1.7 juta orang dalam bisnis sharing economy di mana orang-orang lokal yang mempunyai kendaraan, dibantu memperoleh pelanggan sehingga dapat memberikan manfaat juga bagi wisatawan yang kesulitan mencari kendaraan umum.

Sebagai penutup, ke depannya diharapkan ada start-up yang menjembatani wisatawan untuk mencari tour guide secara online, hal ini jelas memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat lokal asli karena mereka lah yang paling paham dengan sejarah dan kebudayaan di sana. Platform memberikan kepastian dan keamanan sehingga menjadi favorit para wisatawan karena mereka semua data penyedia jasa sudah dicatat oleh perusahaan dan perusahaan selalu melakukan monitoring terhadap ke mana perginya pelanggan dan penyedia jasa, wisatawan juga dapat memberikan review baik dan buruk setelah menggunakan layanan tersebut sebagai masukan perusahaan untuk memberikan reward dan punishment. China sebagai salah satu negara yang kaya akan budaya dan tujuan pariwisatanya juga sudah melakukan hal serupa, mereka bekerja sama dengan start-up dan perusahaan milik pemerintah untuk dapat mendorong penciptaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

three × one =