Diklat Pariwisata-Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan bakal gencar mendorong pembenahan obyek wisata di Balikpapan, sebagai upaya untuk menarik wisatawan berkunjung ke kota Balikpapan. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan Yulidar Gani menuturkan, pihaknya telah menyusun serangkaian agenda pada tahun ini yang difokuskan pada dukungan untuk merehabilitasi obyek wisata di Balikpapan dan Kaltim hingga evaluasi perizinan hotel di Balikpapan dan sumber daya manusia perhotelan.
“Obyek wisata pantai merupakan lokasi wisata yang mesti diberdayakan, termasuk obyek wisata peninggalan Jepang, Belanda hingga wisata mangrove dan orang utan. Problem yang dihadapi memang dari sisi anggaran pariwisata yang kecil, karena Pemkot masih memfokuskan diri pada sektor industri,” kata Yulidar, Minggu (9/2).
Untuk mendorong pembenahan obyek wisata, kata Yulidar, pemahaman akan pemberdayaan lokasi wisata menjadi hal yang penting dimiliki sehingga alokasi dana untuk sektor pariwisata pun bisa ditingkatkan. “Sebagai tindakan konkret, kami akan menggelar safari ke lokasi wisata bersama stakeholder, mulai dari wisata mangrove, peninggalan sejarah hingga penangkaran buaya. Selanjutnya, tentu dibutuhkan dukungan dari sisi anggaran pemerintah untuk pembenahan,” ujarnya.
Peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Balikpapan, kata Yulidar tentu akan berpengaruh terhadap tingkat hunian kamar hotel. Sekadar diketahui, saat ini jumlah kamar sudah mencapai 2.000 kamar lebih, dengan okupansi hotel melati sekitar 50-60 persen dan hotel bintang 60-70 persen. Tahun ini, rencananya ada dua hotel baru yang akan beroperasi dan menjalani proses kualifikasi hotel.
Terkait dengan jumlah kamar dan okupansi, Yulidar pun menambahkan asosiasi dalam hal ini PHRI mestinya turut dilibatkan dalam pembukaan keran investasi berupa pembukaan hotel di Balikpapan. Dengan tingkat okupansi kisaran 60-70 persen, kata Yulidar, bisa disimpulkan ketersediaan kamar masih bisa memenuhi permintaan.
“Kami juga bisa memberikan masukan, segmen mana yang sudah jenuh. Jangan sampai terjadi over supply dan tidak ada keseimbangan. Kalau memang saat ini okupansi sudah mencapai 90- 100 persen maka silakan saja ditambah tetapi kalau masih 50-60 persen maka kue yang sudah tidak begitu besar, harus ditambah lagi dengan adanya hotel lainnya,” ujarnya.
Kendati demikian, Yulidar menuturkan pihaknya tak serta-merta berusaha menghalangi investasi yang akan masuk ke kota Balikpapan. “Tetapi kami menilai Pemkot mesti berhati-hati dan melihat data dan kondisi ril di lapangan terlebih dahulu. Kami tidak ingin menghalangi investasi dan justru kami tidak ingin menjerumuskan investor tersebut, sekaligus melindungi investasi yang tengah berjalan saat ini,” ujarnya.