Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut bahwa mengurus visa di Indonesia ribet, sehingga membuat wisatawan mancanegara memilih berkunjung ke negara lain. Dia mencontohkan wisatawan dari negara kawasan Timur Tengah selama ini lebih memilih mampir ke Thailand dan Malaysia yang membebaskan visa.Padahal, obyek wisata di dua negara itu tidak lebih indah dari Indonesia. “Wisatawan sibuk mencari visa. Bayangkan mengurus visa on arrival harus antre dua jam,” kata Arief dalam seminar nasional pariwisata pada Selasa, 16 Juni 2015. Menurut Arief, ribetnya mengurus visa membuat Indonesia kalah bersaing dengan Thailand dan Malaysia. Jumlah kunjungan wisatawan ke Thailand empat kali lipat lebih besar ketimbang Indonesia. Sedangkan jumlah kunjungan ke Malaysia dua kali lipat lebih banyak ketimbang Indonesia. Malaysia telah membebaskan visa masuk 144 negara dan Thailand memiliki 56 negara bebas visa.
Indonesia, kata Arif, kurang bisa menggarap kedekatan budaya dengan Timur Tengah. Dia mencontohkan negara kawasan Timur Tengah memiliki kedekatan budaya dalam hal agama. Mayoritas penduduk Indonesia beragama muslim. Namun potensi ini tidak dimanfaatkan dengan baik, sehingga wisatawan mancanegara memilih negara lain untuk dikunjungi.
Pemerintah, kata Arief, tahun ini telah mengeluarkan kebijakan bebas visa kunjungan singkat ke Indonesia untuk 30 negara pada Juni lalu. Ketentuan ini mulai aktif berlaku pada Juli 2015. Bebas visa ini adalah salah satu cara untuk meningkatkan wisatawan mancanegara, sehingga menggenjot penerimaan devisa.
Indonesia saat ini total mengeluarkan bebas visa untuk 45 negara. Sejumlah negara yang kewajiban visanya dibebaskan, antara lain Amerika Serikat, Cina, Jepang, Korea Selatan, Kanada, Selandia Baru, Meksiko, Rusia, Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, Italia, Spanyol, Swiss, dan Belgia.
Dia memprediksi jumlah kunjungan wisatawan bisa naik 20 persen dari 10 juta atau dua juta orang melalui bebas visa itu. Arief menghitung rata-rata pengeluaran wisatawan sebesar US$ 1.200 per orang atau setara Rp 158,8 juta. Dengan begitu, dalam setahun ada tambahan pemasukan dari wisatawan asing sebanyak US$ 1 miliar atau setara Rp 13 triliun. “Promosi harus digenjot untuk capai target,” kata dia.
SHINTA MAHARANI