Pelatihan Pariwisata | Diklat Pariwisata -Seminar Pariwisata dalam rangka Festival Danau Toba (FDT) tahun 2014 bertajuk “Mari sama-sama kita tingkatkan kunjungan melalui pelestarian budaya dan pengembangan destinasi pariwisata kawasan Danau Toba” yang diseleggarakan di TB Centre Balige, 18/9. Seminar ini diinisiasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara dan dibuka oleh Wakil Bupati Tobasa, Liberty Pasaribu SH didampingi Kabid Pemasaran Disbudpar Provsu, Drs. Muchlis dan Kabid Sejarah-Kepurbakalaan Edward Sinaga SH, MAP.Seminar ini dimulai pukul 10.00 WIB, diikuti sekitar 80 orang peserta dari Kabupaten Tobasa, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Samosir yang terdiri dari perwakilan Tokoh Agama, Tokoh Adat/Budayawan, PHRI, MPI, HPI, LWG/FPP (DMO) dan menampilkan tiga orang Narasumber dari Akademisi USU Medan.Di sesi pertama Prof. Dr. Paham Gintings SE, MSc, yang memaparkan hasil penelitiannya 2002 menyangkut tingkat kepuasan wisatawan di destinasi wisata Danau Toba. Kesimpulan yang disampaikan Dr. Paham bahwa tingkat kepuasan wisatawan mempengaruhi tingkat kunjungannya ke suatu destinasi. Kepuasan yang paling tinggi adalah terhadap variable keramahtamahan pelayan hotel dan kepuasan atas tarif hotel. Sedangkan tingkat kepuasan yang paling rendah menyangkut variabel Infrastrukur-sarana dan prasarana wisata yang sangat buruk.
Sesi kedua diidi oleh Prof. Dr. Robert Sibarani, MS dengan judul paparannya “Kearifan Lokal Kesopansantunan sebagai modal peningkatan ekonomi kerakyatan di daerah pariwisata”. Prof Robert menyampaikan bahwa kearifan lokal kesopansantunan sebgai nilai budaya untuk kesejahteran dan kedamaian rakyat merupakan potensi besar yang perlu direvitalisasi dan dilestarikan. Kesopansantunan yang dimaksud menyangkut bahasa, cara berpakaian/berdandan dan cara bertindak/berperilaku.
Merevitalisasi berarti menghidupkan kembali, mengelola, mewariskan; melestarikan artinya melidungi, mengrembangkn dan memanfaatkannya. Salah satu cara adalah melalui pendidika formal di sekolah dengan kurikulum muatan lokal, pendidikan informal melalui pelatihan, sosialisasi penyuluhan dan pendidikan non formal di lingkungan keluarga, gereja dan linfkungan masyarakat.
Pemerintah perlu mengintervensi kebijakan utk merebitalisasi dan melestarikan kearifan lokal untuk menunjang dan mendukung pengembangan pariwisata. Ke depan diharapkan akan tercipta generasi muda yang berkarakter sopan dan satun yang dapat melayani wisatawan dengan baik, sekligus dapat mempromosikan destinasi wisata serta dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan di kawasan Danau Toba.
Pada sesi ketiga, Drs. Jhonson Pardosi MSi, Ph.D membahas Pesona budaya dalam meningkatkan kunjungan wisatawan di kawsan Danau Toba. Dipaparkan bahwa sesungguhnya pengaruh perkembangan teknologi informasi telah mengubah persepsi manusia terhadap dunia yang berubah nenjadi global village, terjadi perapatan ruang dan waktu. Dunia semakin terasa sempit dan sesak oleh atus sirkulasi dan globalisasi yang membawa informasi dan pengetahuan merasuk ke dalam kehidupan manusia dan memaksa manusia untuk ‘berimigrasi’ alias kunjungan/berwisata semakin meningkat.
Selanjutnya beliau sebutkan bahwa trend wisatawan saat ini dan ke depan telah berubah dari mobilitas destinasi sektor negara modern dan industri ke destinasi warisan tinggalan budaya. Perubahan ini harus diperhatikan sehingga peluang peningkatan kunjungan wisata makin meningkat. Respons peserta atas paparan para Narasumber sangat baik. Ini terlihat dari antusias peserta menyampaikan bahasan, saran, kritikan dalam diskusi untuk pengayaan pemahaman terhadap pokok bahasan dan tema seminar.
Dalam suasana diskusi, seorang peserta menyampaikan kritik atas tidak adanya pejabat Pemerintah Daerah selaku pengambil keputusan dan kebijakan terkait pengembangan keparisataan kawasan Danau Toba yang sudah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Memang dalam seminar ini tidak seorang pun Bupati/wakil bupati di kawasan Danau Toba yang hadir, sehingga ada kekuatiran bahwa hasil seminar ini tidak akan dapat direalisasikan.
Di akhir seminar, panitia meminta peserta untuk membentuk tim perumusdan secara sukarela untuk merumuskan hasil-hasil seminar sebagai rekomendasi ke pihak-pihak terkait di lingkup pemerintah kabupaten se-kawasan Danau Toba. Tim perumus yang terdiri dari Drs. Melani Butarbutar, MM (Samosir). Monang Naipospos (Tobasa). Paul Lumbangaol (Humbanghas), Dra. Masrina Silalahi, MPd (TB Center) dan A. Husin Ritonga, merumuskan 7 (tujuh) rekomendasi yakni: 1. Pembenahan sarana transportasi untuk mempercepat waktu tempuh Medan-KNIA ke Siantar, untuk saat ini mengingat jalur lintas kereta api yang sudah ada dari Medan-Pem.Siantar, maka dimungkinkan untuk membangun Kereta Api Cepat; 2. Mengembangkan bandara Silangit menjadi bandara skala Nasional-Internasioal; 3. Melakukan pelatihan Standar Pelayanan pariwisata terhadap pelaku pariwisata di kawasan Danau Toba; 4. Peningkatan frekuensi daya tarik dan atraksi budaya yang dilakukan oleh masyarakat difasilitasi pemerintah di setiap kabupaten; 5. Penanaman nilai-nilai budaya ‘kesopansantunan’ dan kearifan lokal lainnya kepada generasi muda melalui pendidikan karakter/nilai budaya lokal; 6. Melakukan pendidikan penyadaran lingkungan di kawasan Danau Toba; 7. Mendorong Pemerintah Daerah di kawasan Danau Toba membuat Peraturan daerah tentang penataan dan pemeliharaan lingkungan, ekosistem dan tata ruang.
Usai pembacaan rekomendasi oleh Masrina dan menyerahkannya kepada Panitia Penyelenggara Seminar, acara dilanjutkan dengan penutupan seminar pada pukul 16.30 WIB oleh Kabid Sejarah dan Kepurbakalaan Disbudparprovsu, seraya menyampaikan ucapan terimakasih. (*)