Pelatihan Pariwisata/Diklat Pariwisata/Training Pariwisata terkini dapat diakses disini–Tak salah rasanya ketika psikolog asal Belanda, MAW Brouwer berucap ‘Tuhan sedang tersenyum ketika menciptakan tanah Priangan’. Begitu memukaunya Priangan, hingga pastor asal Belanda ini mempunyai impian hidup dan mati di Tanah Priangan. Wajar jika MAW Brouwer cinta pada Tanah Pasundan. Jabar memiliki sumber daya alam (SDA) dan budaya yang berlimpah. Pegunungan, hutan, laut, sungai, termasuk seni budaya, flora dan fauna, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, dan lainnya, menjadi modal berharga bagi pembangunan sektor pariwisata. Lihat juga info Pelatihan Pariwisata/Diklat Pariwisata/Training Pariwisata hanya disini serta pelatihan bisnis pariwisata hanya di jttcugm.com
Pariwisata memiliki peran penting karena bisa menjadi sektor andalan pertumbuhan ekonomi, pendapatan daerah, dan penghasil devisa negara. Sektor ini diyakini mampu memberdayakan masyarakat karena bisa membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
Namun demikian, pengembangan sektor tersebut harus tetap memperhatikan aspek yang lain. Salah satunya kelestarian alam. Ancaman budaya asing juga perlu difikirkan agar kearifan lokal tidak tergerus.
Melihat kondisi itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan pembangunan dan pengembangan daya tarik wisata dengan berdasarkan empat pilar ‘fourth track strategy’, yaitu pembangunan pariwisata diperuntukkan bagi pertumbuhan ekonomi (pro-growth), melalui penciptaan lapangan kerja seluas-luasnya untuk masyarakat (pro-job). Selain itu, berpihak pada kepentingan masyarakat kurang mampu (pro-poor) dan pembangunan pariwisata yang ramah lingkungan (pro-environment) termasuk pelestarian nilai-nilai budaya.
“Kami menyiapkan empat strategi untuk membangun sektor pariwisata di Jabar,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, Nunung Sobari kepada wartawan, Jumat (14/6).
Dia menjelaskan, keempat strategi itu dilakukan dalam bentuk upaya-upaya. Seperti memanfaatkan lingkungan secara lestari, melibatkan masyarakat secara aktif, dan memiliki unsur pendidikan. Lalu, pembelajaran dan rekreasi, meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan ekonomi daerah.
Pada tahun ini, tren pariwisata Jabar akan didominasi wisatawan nusantara, sedangkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara terutama asal Eropa diprediksi turun akibat krisis ekonomi global. Sebagian besar wisnus dan wisman akan banyak berkunjung ke daerah tujuan wisata unggulan.
Di antaranya Bandung Raya, yakni Kota Bandung menjadi destinasi wisata kuliner dan belanja, Kabupaten Bandung Barat (KBB) dengan objek wisata Kawah Putih dan Gunung Tangkubanparahu.
Selain itu, kunjungan serupa akan terjadi di Kota dan Kabupaten Bogor melalui wisata alam, kuliner dan belanja. Kemudian, wisata lain yang juga menjadi primadona adalah Pantai Pangandaran.
Meski menjadi daerah tujuan wisata, namun pihaknya belum memasang target. Kini, fokus teralih pada pembenahan terhadap infrastruktur menuju objek wisata. Pada tahun lalu, kunjungan wisnus mencapai 40 juta orang sedangkan wisman 1 juta orang.
Saat ini, pihaknya berupaya melakukan terobosan baru dengan cara melibatkan remaja agar berperan aktif meningkatkan pengembangan pariwisata. Sejumlah pelatihan dan pembekalan diberikan untuk menciptakan pemahaman pariwisata melalui ‘Sadar Wisata dan Sapta Pesona’.
Selain itu, para remaja harus terlibat penuh dalam potensi pariwisata ini. Misalnya dengan pencapaian nilai-nilai sederhana seperti memelihara keamanan, ketertiban umum, kebersihan, program penghijauan, serta sikap ramah. Sikap-sikap tersebut juga diyakini bisa memupuk dan meningkatkan rasa cinta Tanah Air.
Menurutnya, keterlibatan remaja ini juga dilakukan sebagai penanaman nilai budaya lokal agar tidak tergerus dampak negatif globalisasi. Sebab, kaum remaja kerap tertarik dengan budaya baru sehingga lupa dengan budaya asli.
“Kami berharap para remaja bisa memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan pariwisata di daerahnya dan sebagai duta wisata,” pungkasny