Pariwisata merupakan salah satu roda penggerak utama perekonomian Hong Kong. Tiap program wisata Hong Kong, selalu ada saja pengusaha yang sukarela menjadi sponsor. Kepercayaan akan pemerintah yang tak korupsi menjadi faktor utama. “Selalu ada pengusaha yang mau menjadi sponsor setiap kali Hong Kong Tourism Board (HKTB) mengadakan program wisata,” jelas pemandu wisata dari HKTB, Carolus Chui yang ditemui di Mal Harbour City, Selasa (2/6/2015).Menurutnya, semua pengusaha di Hong Kong berkepentingan dengan kondisi pariwisata di Hong Kong sehingga sukarela memberikan sponsor. Para pengusaha yang mayoritas memiliki hotel, restoran, mal hingga toko ini akan sangat senang bila banyak wisatawan mendatangi Hong Kong. Artinya, roda bisnis mereka berputar. Pemerintah Hong Kong pun mendapatkan pemasukan berupa pajak dari perputaran bisnis pariwisata ini. Faktor kepercayaan pada pemerintah Hong Kong juga berperan besar dalam menggerakkan roda ekonomi.
“Tingkat korupsi di Hong Kong rendah. Makanya pengusaha dan warga antusias bila mendukung program pariwisata Hong Kong,” ujar Carolus.
Pengusaha dan warga percaya, pajak-pajak yang mereka setorkan akan dikembalikan pemerintah Hong Kong untuk pembangunan infratsruktur hingga kesejahteraan sosial warga.
“Dulu-dulu sempat ramai pemberantasan korupsi. Yang polisi Hong Kong menyerang badan antikorupsinya. Sekarang berhasil ditekan angka korupsinya,” imbuh Carolus. Konflik antara lembaga antikorupsi dengan kepolisian pernah terjadi di Hong Kong pada 1977. Bahkan Independent Commission Against Corruption (ICAC) sampai dikepung oleh petugas kepolisian Hong Kong. Gubernur Hong Kong kala itu memberikan amnesti untuk kasus-kasus korupsi kategori minor yang dilakukan oleh perwira polisi, sebelum 1977.
Imbas dari kegiatan bersih-bersih massal pada 1977-1978 itu, kepolisian Hong Kong lantas mereformasi diri dan lebih transparan. Kepolisian lantas juga tidak segan menggandeng ICAC dalam berbagai kegiatan, salah satunya pada pengawasan sampai sekarang.
Hong Kong yang berada di bawah pemerintah China ini adalah wilayah otonomi sejak diserahkan Inggris pada 1997. Hong Kong sendiri memiliki 268 pulau, dan 10 di antaranya sudah memiliki infrastruktur lengkap, seperti terowongan yang menembus gunung, jembatan yang menghubungkan antar pulau hingga terowongan bawah laut. Selain bisnis pariwisata, bisnis pelabuhan dan properti menjadi denyut nadi ekonomi Hong Kong.