Yakin dengan Pariwisata Berbasis Pertanian

hutanSelasa dua pekan silam bukanlah hari libur. Namun obyek wisata di Kota Batu ramai dikunjungi wisatawan. Ratusan orang terlihat antre di loket tiket obyek wisata Jatim Park 2. Antrean yang sama juga terjadi di pintu masuk destinasi wisata yang meliputi Secret Zoo dan Museum Satwa ini. Di hari yang sama, Museum Angkut, obyek wisata lain di Kota Batu, juga dibanjiri pengunjung. Jumlah pelancong yang tinggi pada hari kerja menjadi bukti suksesnya Kota Batu membangun industri pariwisatanya. Pada saat libur sekolah, libur Lebaran atau akhir tahun, jumlah kunjungan wisatawan dipastikan meningkat. Sepanjang masa liburan akhir tahun 2015, tercatat lebih dari 500 ribu orang yang berpelesir ke Kota Batu. Total selama setahun lalu, 3,7 juta wisatawan berlibur ke kota berhawa sejuk ini.

Dua periode menjabat wali kota, Eddy Rumpoko tak bergeser dari tema pariwisata dan pertanian. Periode pertama pemerintahannya, 2007-20012, Batu dibangun dengan visi Pariwisata Berbasis Pertanian. Saat mendapat amanah memimpin Batu periode kedua, 2012-2017, ia mempertajam visi Kota Batu menjadi Sentra Pertanian Organik Berbasis Kepariwisataan Internasional.Selain alamnya yang cantik, daya tarik kota seluas 202,30 kilometer persegi ini adalah sejumlah wahana wisata modern. Selain Jatim Park 2 dan Museum Angkut, ada Jatim Park 1, Eco Green Park, Batu Night Spectacular dan Taman Rekreasi Selecta. Alun-alun Batu dengan bianglala raksasa juga menjadi tempat bersantai wisatawan pada sore hingga malam hari.

Wahana wisata modern tersebut dipadukan dengan pertanian yang juga berkembang baik di daerah ini. Sehingga lahirlah sejumlah desa wisata dan paket wisata ke lokasi pertanian. Aktivitasnya tak kalah menarik, wisatawan dipersilakan memetik apel atau memerah susu sapi. Tingginya jumlah kunjungan wisatawan memberi dampak langsung pada perekonomian Batu. Pada tahun 2015, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Batu mencapai Rp 90 miliar, dengan 70 persennya disumbangkan sektor pariwisata. Pada tahun ini, PAD Kota Batu ditargetkan mencapai Rp 120 miliar.

Menurut Eddy, pada awalnya tak mudah meyakinkan masyarakat dalam mengembangkan pariwisata yang bisa dilakukan bersama pemerintah. Di sisi lain, sulit juga meyakinkan investor untuk menanamkan investasinya di Batu. “Saat itu ada musibah lumpur yang menghambat orang datang ke Batu. Hampir 90 persen pemilik hotel waktu itu ingin menjual hotel mereka,” kata Eddy.

Dampak positif geliat pariwisata dan pengembangan pertanian di Kota Batu telah dirasakan masyarakat. Tingkat pengangguran sangat kecil, sekitar 2,3 persen. Tidak ada juga warga kota ini yang menjadi TKI di luar negeri. Kota Batu adalah satu-satunya daerah di Indonesia yang tidak menerima dana desa. “Kalau desanya sudah mapan, lebih baik dananya dialokasikan pada desa-desa lain yang membutuhkan,” ujar Eddy. (*)

Kota Batu punya daya tarik berupa area pegunungan yang luar biasa indah berikut tanahnya yang subur. Semua presiden Indonesia, mulai dari Soekarno, Soeharto, Gus Dur hingga Joko Widodo menginap di daerah ini saat berkunjung ke Jawa Timur.

“Pariwisata kita kembangkan sesuai dengan potensi yang ada. Selain area pegunungan dan tanah yang subur, Batu juga punya sejarah masa silam sejak zaman penjajahan Belanda dulu. Budaya masyarakatnya juga kental,” ujar Wali Kota Batu Eddy Rumpoko.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *