Memiliki begitu banyak objek wisata tapi Indonesia malah jauh tertinggal dari Malaysia dan Singapura dalam menjaring wisatawan. Setidaknya 27 juta wisatawan memilih berkunjung ke Malaysia dan hanya sembilan juta yang berkunjung ke Indonesia. Dari segi peringkat pun Indonesia sangat jauh tertinggal dari negara tetangga. Demikian yang mencuat dalam wokrshop kepariwisataan di Malang, akhir November 2013 lalu. Apa yang salah? Workshop yang dihajat Dirjen Pemasaran Pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Malang itu dihadiri semua pelaku wisata di Kabupaten Malang. Seperti pengelola objek wisata pantai, perkebunan, taman rekreasi, pengelola hotel dan restoran hingga pengusaha oleh-oleh atau suvenir dan pramuwisata.
Sejumlah narasumber yang hadir memaparkan keunggulan pariwisata Indonesia sekaligus problem yang dihadapinya. Workshop mencoba menyadarkan para pelaku wisata tentang strategi paling tepat untuk mendongkrak kunjungan wisata ke Indonesia khususnya di Malang meningkat secara signifikan.
Kemunduran dan kekurangan pemasaran wisata Indonesia terungkap, yakni branding atau pencitraan yang belum mantap dan mengakar kuat. Malaysia misalnya, dengan semboyan truly Asia, begitu kuat menancap dalam benak calon wisatawan.
Indonesia dengan branding wonderful Indonesia belum terasa gemanya, belum terdengar dan berpengaruh pada kunjungan wisatawan. Anggaran promosi pun disoal yang dari sisi jumlah kalah jauh dari negara tetangga. Indonesia masih belum menyadari arti penting promosi.
Terakhir mengenai iklan pariwisata Indonesia yang dinilai masih bias, membingungkan dan tidak fokus. Durasinya pun terlalu panjang sehingga pesan yang ingin disampaikan justru tak mengena. Bandingkan dengan iklan pariwisata Malaysia yang singkat, padat dan mudah dicerna sehingga pesannya sampai.
Oleh: Setio Budianto
Anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia Cabang Malang (SURYA)