Daya Tarik Wisata Baru, Museum Kanker Pertama di Indonesia Ada di Surabaya

Dari sisi kepariwisatan keberadaan museum merupakan daya tarik wisata tersendiri dan dapat mendorong kunjungan wisatawan. Museum Kanker Indonesia resmi yang dibuka Kamis  31 Oktober 2013 lalu, di Jalan Kayun, Surabaya  dapat menjadi daya tarik wisata. Museum ini diklaim sebagai museum kanker pertama di Indonesia.Pembina Yayasan Kanker Wisnuwardhana (YKW), Ananto Sidohutomo, mengatakan museum kanker ini  diharapkan sebagai museum pendidikan bagi masyarakat yang rentan terhadap kanker. Selain itu, museum juga terbuka bagi para pelajar yang ingin mengetahui bahaya kanker serta pencegahannya. “Biar mereka tahu,” katanya. Di museum ini terdapat koleksi sekitar 30 jaringan kanker yang menyerang organ tubuh. Masing-masing organ tubuh yang terserang kanker ini disimpan di dalam toples kaca yang berisi cairan formalin.

Ananto mengatakan, museum ini khusus didirikan untuk fokus pada masalah kanker. “Pendirian museum kanker ini pertama di Indonesia. Di negara-negara lain tidak ada museum yang khusus kanker,” katanya.

Museum yang menjadi satu dengan kantor Yayasan Wisnu Wardhana itu juga sebagai rumah perlawanan terhadap kanker. Sebagai museum pendidikan, kata Ananto, Museum Kanker Indonesia nantinya juga akan memberikan referensi ihwal sejarah perlawanan manusia terhadap kanker, budaya, serta koleksi benda-benda fisik.

Sejumlah contoh jenis kanker di letakkkan di lemari pajang di Museum Kanker Indonesia di Surabaya, (31/10). Museum Kanker yang resmi di buka hari ini adalah museum kanker pertama di Indonesia
Sejumlah contoh jenis kanker di letakkkan di lemari pajang di Museum Kanker Indonesia di Surabaya, (31/10). Museum Kanker yang resmi di buka hari ini adalah museum kanker pertama di Indonesia

Ananto mengatakan, referensi budaya di Museum Kanker Indonesia ini akan memuat bagaimana tata cara manusia dalam melawan atau hidup bersahabat dengan kanker di dalam tubuh mereka. Sedangkan benda-benda fisiknya berupa koleksi potongan jaringan organ yang terserang kanker yang telah dioperasi, dipotong, dan diawetkan. Ananto juga telah merencanakan untuk menginformasikan bagaimana aroma harum nanah kanker. “Bau harum nanah kanker itu berbeda,” katanya.

Museum juga akan dilengkapi replika payudara yang diisi kelereng, “Sehingga pengunjung mengetahui dan merasakan bagaimana kanker tersebut,” katanya. Menurut Ananto, koleksi jaringan sel kanker di museum tersebut jaringan sel asli yang telah dikum

pulkan selama bertahun-tahun. Ananto menambahkan, selama ini masyarakat hanya memperbincangkan kanker di tahap awam. “Tanpa tahu apa sebenarnya kanker tersebut,” katanya.

Ananto mengatakan, berdasarkan data WHO tahun 2013, saat ini satu dari empat orang terkena kanker. Dan pada 2030, penderita kanker akan meningkat tujuh kali lipat. Sebagain besar penderita, menurut dia, berada di negara berkembang termasuk Indonesia.

Eti Harikriswati, salah satu dokter spesialis anatomi, mengatakan koleksi benda jaringan kanker ini akan terus ditambah. “Sekarang baru ada 30 koleksi dari 100 lebih jenis kanker yang ada,” katanya.

Menurut dia, koleksi baru yang diupayakan nantinya harus bersifat informatif dan memberikan edukasi bagi yang melihatnya. Koleksi organ tubuh yang terkena jaringan kanker ini cukup beragam, mulai kanker payudara, mulut rahim, kanker paru-paru, kanker usus, hingga kanker ginjal pada anak-anak. (sumber dari tempo, dengan beberapa penyesuaian oleh pelatihanpariwisata.com/IR)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

seven + one =