Industri pariwisata turut menggairahkan bisnis properti di beberapa negara berkembang, termsuk Indonesia. Bahkan, antara pariwisata dan properti mulai tumbuh hubungan saling menggantungkan.Portal properti global Lamudi menyampaikan pandangan tersebut terkait peringatan Hari Pariwisata Dunia (HPD) 2015, Minggu (27/9) lalu. Menurut Kian Moini, Co-Founder dan Managing Director Lamudi Indonesia menilai, industri pariwisata mempengaruhi real estate di negara berkembang.Pariwisata dan real estate telah menciptakan hubungan saling bergantung. Dalam hubungan ini, bisnis pariwisata telah mendorong pembangunan real-estate besar di dunia. Lamudi mencontohkan dukungan pariwisata terhadap bisnisproperti di tiga negara berkembang.Yakni Indonesia, Meksiko, dan Sri Lanka.
“Tingginya kunjungan wisatawan ke Indonesia, turut mengembangkan infrastruktur. Bukan hanya untuk kapasitas, tapi juga untuk menarik lebih banyak pengunjung,” jelas Moini, dalam publikasinya.
Saat wisatawan menjadi semakin banyak, kata Moini, saat itu lah terjadi peningkatan permintaan pengembangan proyek baru. “Termasuk permintaan akan restoran, gerai ritel, dan hotel mewah. Pariwisata internasional secara finansial memungkinkan pembangunan proyek-proyek baru, yang pada gilirannya menarik lebih banyak wisatawan ke daerah,” papar dia.
Statistik dari Dinas Pariwisata Bali menyebutkan, pada 2014, Bali menyambut 3,76 juta wisatawan, meningkat 14,89% dari 2013. Menurut Wealth Report 2015, yang dirilis oleh Knight Frank, harga real estat mewah di Bali meningkat 15% dari tahun ke tahun. Jumlah investor yang tertarik kepada potensi daerah semakin meningkat. Mereka berinvestasi dalam pengembangan properti komersial dan residensial untuk mengakomodasi masuknya wisatawan.
Mendorong Ekspansi
Pengaruh industri pariwisata terhadap properti juga terjadi di negara berkembang lain, seperti Meksiko dan Sri Lanka. Moini menjelaskan, paruh pertama 2015 terlihat peningkatan 8,9% pariwisata di Meksiko, dibandingkan dengan periode sama pada 2014. Penguatan ekonomi negara tersebut menarik bagi pengunjung internasional.
Para wisatawan ini mendorong ekspansi, dan memicu permintaan untuk perkembangan properti baru. Akibatnya, real estat komersial mendapatkan perhatian dari investor properti internasional, yang mencari keuntungan dari proyek-proyek akomodasi pariwisata.
Pengaruh industri properti terhadap bisnis properti juga diakui oleh pelaku industri pariwisata Tanah Air. CEO Pacific Asia Travel Association (PATA) Indonesia Chapter, Purnomo Siswoprasetijo, mengatakan, pengembangan destinasi pariwisataakan mendorong tumbuhnya properti kawasan. Dari properti tersebut akan tercipta kota-kota mandiri.
Hanya saja, menurut Purnomo, suplai unit properti masih sangat kurang di resort dan daereh remote . Padahal, potensipariwisata di daerah remote (kawassan yang jauh) sangat besar. Saat ini properti hanya tumbuh di kota. Seharusnya, properti dikembangkan ke daerah remote. Dengan demikian, masyarakat di daerah mendapat kesempatan yang sama untuk menikmati pembangunan.
“Harus ada terobosan, pemerintah harus memberikan insentif yang cukup dan infrastruktur yang baik. Dengan demikian para pengembang properti bisa memberikan investasi ke daerah – daerah baru tersebut,” ujar Purnomo.
Pamudji Slamet/FER