Praktisi bidang broadcasting Wishnutama Kusubandrio mendatangi Istana Negara, Jakarta, Senin (21/10/2019). Spekulasi beredar, Wishnutama akan mengisi jabatan Menteri Pariwisata Kabinet Jokowi Jilid 2. Usai berdiskusi dengan Presiden Jokowi di Istana, Wishnutama menemui awak media yang sudah menunggu di luar. Menurutnya, ia akan mengisi jabatan yang sesuai dengan kemampuannya. Ia menuturkan diminta untuk meningkatkan kemampuan kreativitas di Indonesia dan juga meningkatkan devisa negara. Mengomentari hal ini, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya dalam diskusi di KompasTV, memberi dugaan bahwa Wishnutama akan mengisi jabatan Menteri Pariwisata.
Hal ini dilihat dari “bocoran” pernyataan Wishnutama mengenai peningkatan devisa yang bukan merupakan tugas dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). “Tadi dikatakan ada tugas meningkatkan cadangan devisa setahu saya itu belum jadi tugas Bekraf ya, itu lebih ke pariwisata, jadi mungkin saja itu perubahan nomenklatur (jadi) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” kata pria yang akrab disapa Toto ini seperti dikutip dari KompasTV. Menanggapi kemungkinan Wishnutama menjadi Menteri Pariwisata, Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari menuturkan bahwa Menteri Pariwisata harus memahami betul tentang kepariwisataan. Azril menjelaskan bahwa seorang Menteri Pariwisata seharusnya sudah memiliki pemahaman dengan baik tentang sektornya agar lebih mudah dalam bekerja. “Banyak orang beranggapan bahwa jabatan Menteri adalah suatu jabatan politis, namun sebaiknya kalau sudah ada pemahaman dengan baik tentang sektornya akan mempemudah,” kata Azril ketika dihubungi Kompas.com, Senin (21/10/2019). Meski begitu, Azril mengaku bahwa hal tersebut dapat dipelajari, namun waktu yang dibutuhkan untuk belajar akan berdampak pada capaian target yang semakin lama pula. “Khusus untuk Wishnutama telah diawali kariernya di bidang pertelevisian di Boston Amerika, dan dilanjutkan dalam bidang yang sama di tanah air hingga mencapai posisi puncak sebagai Presiden Direktur, artinya Beliau harus segera belajar cepat dari para ahli pariwisata bukan dari Kementerian,” jelasnya. Azril juga mengatakan, tantangan yang akan dihadapi Wishnutama di sektor pariwisata ada lima. Pertama mengenai sektor Pariwisata. “Sampai saat ini kita belum memiliki sektor pariwisata tersendiri karena masih merupakan bagian dari sektor lainnya (seperti akomodasi, transportasi dan lainnya). Apalagi kita masih harus menyempurnakan Sektor Pariwisata yang mengacu pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI),” jelas Azril. Kedua, lanjut Azril, adalah perencanaan Tenaga Kerja sektor Pariwisata. Menurutnya sampai saat ini, Indonesia belum memiliki perencanaan tenaga kerja sektor pariwisata. “Ini guna bisa menganalisis kebutuhan (demand) dan ketersediaan (supply) dari sumber daya manusia kita,” katanya. Ketiga adalah Human Development Index (HDI) dan Human Capital Index (HCI). Azril menuturkan HDI dan HCI Indonesia masih kalah posisinya bila dibandingkan dengan negara-negara pesaing di ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. “Dan, bahkan kita saat ini sudah disalib oleh Vietnam,” katanya. Poin keempat adalah daya saing pariwisata. Azril menjelaskan bahwa daya saing Indonesia masih jauh tertinggal dengan negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand “Bahkan dalam beberapa hal Vietnam telah melewati kita,” katanya.
Terakhir, lanjut Azril, ada lima sub indeks daya saing pariwisata yang rendah yaitu Health & Hygiene, Environmental Sustainability, ICT Readiness, Safety & Security, dan Tourist Information atau Service Infrastructure. Sementara itu, Wakil Ketua Umum DPP Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Budijanto Ardiansjah, mengatakan Wishnutama lebih cocok menjadi Kepala Badan Ekonomi Kreatif. “Jadi bukan hanya orang yang mengerti teknologi digital saja. Itu hanya bagian dari promosi pariwisata. Saya sih mengharapkan agar orang yang benar-benar mengerti pariwisata yang dipilih,” kata Budijanto kepada Kompas.com. Sementara itu, Vice Chairman dari Indonesia Convention Anda Exhibition Bureau, Hosea Andreas Runkat, menuturkan bahwa ia pribadi berharap Menteri Pariwisata berasal dari kalangan pariwisata, terutama mengerti MICE (meeting, incentive, convention, exhibition). “Pak Jokowi mempunya satu kriteria utama yang adalah managerial skill, memang hal ini sangat penting untuk posisi kunci sebagai seorang menteri dalam hal me-manage kementeriannya,” ungkapnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (21/10/2019). “Akan tetapi mungkin ada beberapa kementerian yang butuh pengecualian seperti Pariwisata yang dimana tidak mudah kita mendalami sisi Pariwisata, khususnya MICE, tanpa mengerti secara basic,” lanjutnya.
Ia sendiri mengakui bahwa secara profesional, Wishnutama sangat bagus dalam bidangnya, terutama setelah hasil didapatkan dari acara opening dan closing ceremony Asian Games 2018. “Sebagai seorang yang punya tingkat kreativitas tinggi dalam bidangnya, mudah-mudahan dapat dikolaborasikan dengan bidang Kepariwisataan, terutama dalam bidang MICE,” katanya. Ia mengakui bidang MICE memiliki karakteristik khusus yaitu dituntut banyak kreativitas. “Semoga nanti ya bisa, matching dengan pengalaman Beliau selama ini,” katanya. Namun, sebagai praktisi MICE, ia dan rekan-rekan sejawat di Industri MICE siap mendukung apapun yang menjadi keputusan Jokowi mengenai siapa yang akan menjadi Menteri Pariwisata nantinya. “Begitu pula dengan Pak Wishnutama apabila terpilih sebagai Menpar RI,” katanya.