Kelola Pariwisata, Jangan Lupakan Budaya dan Berdayakan Masyarakat

Kelola Pariwisata, Jangan Lupakan Budaya dan Berdayakan Masyarakat

Pelatihan Pariwisata – Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kepulauan Mentawai, Naslindo Sirait, berpendapat bahwa pariwisata merupakan sebuah cita rasa dan imajinasi.

Hal itu disampaikan Naslindo saat menjadi pembicara dalam Diskusi Tiga Belasan Jaringan Pemred Sumbar (JPS) , bertema “Strategi Booming Pariwisata Sumbar di Masa Pandemi, di Auditorium Istana Gubernuran, Sabtu (13/2/2021).

Ia mengatakan bahwa strategi yang harus dipikirkan adalah memunculkan suatu kesan yang mampu menjadi alasan mengapa orang harus datang ke tempat tersebut.

Naslindo melanjutkan, seperti berbicara tentang kekayaan alam, budaya, kuliner dan segala macam hal yang mungkin Sumbar miliki. Saat ini, hampir seluruh daerah sudah menetapkan pembangunan pariwisata berkelanjutan.

“Itu artinya kita harus berpacu dengan semua daerah yang saat ini sedang membicarakan pariwisata tersebut,” ujarnya.

Berdasarkan data yang dimilikinya, wisatawan mancanegara (Wisman) yang datang ke Sumbar baru 61 ribu orang, sementara ke Sumut sudah 300 ribu dan Bali 3 juta wisman.

“Kunci di Bali adalah mereka melakukan apa yang menjadi budaya mereka dan itu sangat kuat. Pariwisata tanpa balutan budaya dan seni akan gersang. Seni budaya adalah jiwa dari pariwisata. Kita harus kembang kan ide yang kreatif,” ujar Naslindo yang kini sudah pindah ke Biro Perekonomian Pemprov Sumut.

Di samping itu, lanjutnya Sumbar harus membangun ekosistem pariwisata mulai dari pembimbing hotel, restoran, suplier, retail, penenun, perajin, petani, peternak dan lain-lain. Sebab, semua itu harus terintegrasi.

“Jadi kita tidak hanya bicara di level pemerintah perencanaan yang terintegrasi seperti pembangunan perumahan umum, air bersih, energi, jalan, sanitasi dan lain-lain yang mendukung sektor objek-objek pariwisata. Tanpa itu semua misalnya kita bangun suatu destinasi kalau tidak dijalankan sama saja “buyar” , begitu juga dengan pelaku-pelaku pariwisata,” terangnya.

Seharusnya lanjutnya, bagaimana menetapkan pariwisata menjadi multiplier effects dan membangun ekosistem pariwisata baik di lingkup pemerintahan maupun di pelaku pariwisata

Sementara di Sumbar, katanya sudah mulai membangun fisik pariwisata dan itu sudah mulai ditonjolkan.

“Boleh kita bangun fisiknya tapi apa yang menjadi budayanya perlu kita pikirkan dengan serius,” imbuhnya.

Naslindo menambahkan bahwa pariwisata memberikan citra kepada wisatawan dan jangan lupa pariwisata juga milik wisata lokal.

“Jangan sampai terjadi ketimpangan, bagaimana memperdayakan masyarakat dengan home stay mereka menjadi pelaku dan bagaimana masyarakat dilibatkan bisnis pariwisata,” tutupnya.

Dalam diskusi bulanan JPS ini, hadir Pakar Pariwisata Dr Sari Lenggogeni, Wali Kota Pariaman Genius Umar yang diwakili Kepala Dinas Pariwisata Pariaman Marhen, Mantan Kepala Bappeda Mentawai Dr Naslindo Sirait, Ketua ASITA Sumbar Ian Hanafiah, Praktisi Pariwisata M Zuhrizul serta Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Novrial sebagai nara sumber.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

10 − two =