Kepala Biro Komunikasi (Kabirkom) Sekretariat Kemenparekraf Agustini Rahayu, mengatakan pihaknya sedang menggandeng influencer dari dalam dan luar negeri. Upaya tersebut untuk meningkatan jumlah wisatawan dari luar negeri, pasca sector pariwisata Indonesia yang merosot karena isu COVID-19. “Memang ada dana Rp 72 miliar, tapi itu bukan khusus untuk influencer saja,” ujar dia ketika dikonfirmasi Republika, Rabu (26/2).
Ayu, sapaan akrabnya, menegaskan dana puluhan miliar itu disalurkan untuk berbagai promosi wisata, baik di dalam negeri atau di luar negeri. Alasan kemenpar menggandeng influencer, dikarenakan telah menjadi bagian dari promosi yang dimasukkan pada program besar kemenpar, yaitu Familiarization Trip. “Dalam acara itu biasanya dilakukan dengan mengundang influencer (dalam dan luar negeri),” katanya.
Ayu menambahkan, dalam upaya untuk mempromosikan destinasi wisata pada wisatawan mancanegara, pihaknya selektif dalam memilih influencer. Di mana, influencer yang dilibatkan, terbatas pada negara asal influencer yang juga menjadi pasar utama pariwisata Indonesia.
Berdasarkan data Kemenpar RI, ada beberapa negara tradisional yang menjadi pasar utama dan memiliki kontribusi besar dalam jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia. Di antaranya adalah Malaysia, Singapura, China, Australia dan Timor Leste. Bahkan pada Desember 2019, negara-negara tersebut menjadi penyumbang wisman terbesar ke Indonesia. Selain dari negara non tradisional seperti Vietnam, Uni Emirat Arab, Rusia, Afrika Selatan dan Papua Nugini yang juga mengalami kenaikan signifikan.
Akan tetapi, data untuk Januari hingga Februari 2020, belum dimuat Kemenpar. Dalam dua bulan itu disebut menjadi puncak penyebaran Corona yang berefek pada banyak sector, tak terkecuali pariwisata Indonesia. “Negara-negara itu dipilih tentunya, karena mempunyai pengaruh besar di target pasar tersebut,” katanya.
Influencer Indonesia juga memiliki andil untuk mendampingi para influencer dari negara pasar tersebut. Utamanya untuk melakukan peliputan destinasi. Pemerintah berkomitmen membantu industry pariwisata. Terlebih, ketika krisis sempat terjadi karena adanya dampak dan ketakutan penyebaran virus corona.