Lembaga Profesional Pariwisata Indonesia (LPPI) menilai, pemerintah dan pelaku usaha makin fokus mengembangkan industri pariwisata, agar lebih siap menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015. “Fokus pengembangan pariwisata Indonesia yakni mengarah kepada lokasi destinasi dan minat khusus kepariwisataan,” kata Ketua LPPI I Gusti Putu Laksaguna, pada “workshop” Tantangan dan Peluang bagi Industri Pariwisata Indonesia Menuju AEC 2015, di Mataram, Kamis (26/9/2013).
Workshop digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Provinsi NTB. Selain Laksaguna, dua pembicara utama lainnya dalam workshop itu yakni Kepala Disbudpar NTB Muhammad Nasir, dan akademisi Hairullah Gazali yang berkecimpung pada Jogja Tourism Training UGM.
Laksaguna mengatakan, fokus pengembangan industri pariwisata pada lokasi destinasi harus tetap memperhatikan sebaran lokasi, dan selalu mengajak pemerintah daerah untuk bekerja sama.
Selain itu, lokasi pariwisata yang dikembangkan dikaitkan dengan program implementasi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada 27 Mei 2011, sesuai keunggulan daerah.
“Tentu saja, difokuskan pada lokasi destinasi yang lebih mudah dikembangkan, dan merupakan wilayah yang sudah didukung RTRW (rencana tata ruang wilayah), dan memiliki DMO (Destination Management Organization),” ujarnya.Sedangkan fokus pengembangan pariwisata pada minat khusus, menurut Laksaguna, yakni wisata budaya dan sejarah, wisata alam dan ekowisata, wisata olahraga, wisata kapal pesiar, wisata kuliner dan belanja, wisata kesehatan dan kebugaran, serta wisata MICE.
Menurut Laksaguna, untuk mendukung kemajuan pariwisata yang difokuskan pada lokasi destinasi dan minat khusus wisatawan itu perlu ditingkatkan jumlah tenaga kerja bidang pariwisata yang bersertifikasi. Jumlah tenaga kerja bidang pariwisata yang telah bersertifikasi sampai saat ini sebanyak 47.127 orang.
“Awalnya sebanyak 825 orang di 2007 kemudian bertambah ribuan orang setiap tahun, sehingga sampai akhir 2012 sudah mencapai 47.127 orang tenaga kerja bidang pariwisata yang lulus sertifikasi,” kata Laksaguna.