Memperbaiki Toilet, Terobosan Baru di Sektor Pariwisata
Pelatihan Pariwisata–Di kompleks situs prajurit Terakota, di Xian, China terdapat satu bangunan permanen yang berwarna keabu-abuan. Di pintu masuk terdapat akuarium sepanjang dua meter berisi ikan hias warna warni. Seorang wanita tua yang membawa pembersih lantai menyambut turis yang datang.
Bangunan permanen yang lebih tepat disebut paviliun itu adalah toilet yang mampu menampung belasan pengunjung. Terang. Bersih. Airnya lancar. Lapang dan nyaman. Yang juga penting, pengunjung tidak diminta membayar.
Kelihatannya sepele, hanya sekedar toilet, namun pelaksanaannya memerlukan perintah khusus Presiden China Xi Jinping. Pemerintah menggelontorkan lebih dari 20 miliar yuan untuk membangun puluhan ribu toilet di objek-objek wisata.
Mengapa presiden sampai turun tangan? Rupanya ada unsur memaksa sebab membangun toilet memerlukan perubahan pola pikir masyarakat. Selama ini toilet dipandang dengan sebelah mata. Yang penting ada.
Saya pernah meminjam toilet di sebuah rumah penduduk di Xian. Paturasannya bersih. Ironisnya di salah satu ember yang berair, ada seekor ayam potong.
Sumber Pendapatan
Bagi banyak negara, pariwisata merupakan sumber pendapatan yang diandalkan. Pendapatan China dari sektor pariwisata selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut laman Statista, pendapatan pada 2008 berjumlah 1,155 miliar yuan sedangkan pada 2019 sudah mencapai 5,7 miliar yuan. Kenaikan yang luar biasa dengan dampak ikutan yang banyak.
Pendapatan yang sedemikian besar itu karena pemerintah menerapkan resep manjur dalam bisnis pariwisata yakni, memiliki aksesibilitas, infrastruktur dan objek wisata. Kalau di Indonesia ditambah Sapta Pesona yakni aman, tertib, indah, ramah tamah dan kenangan.
Bicara objek wisata, Indonesia sebetulnya tak kalah. Sayangnya hanya terpusat pada destinasi lama terutama Bali. Memang Bali memiliki daya tarik khas. Kita baru sampai di Bandara keberangkatan sudah terasa suasana liburan. Setidaknya bisa dilihat dari pakaian para calon penumpang.
Sejumlah pemkab/pemkot objek-objek wisata Banyuwangi, Manado, Lombok dan lainnya akif memasarkan wilayahnya. Sekalian daerah itu berkembang setelah merevitalisasi objek wisata dan membuka aksesibilitas, terutama angkutan udara secara reguler maupun charter. Sayang wabah Corona menghambat.
Menurut data BPS, jumlah kunjungan wisatawan pada 2019 mencapai 16,11 juta, naik dibanding tahun sebelumnya yakni 15,81 juta. Tahun 2020 diperkirakan anjlok sebab pada Januari-April hanya 2,77 juta wisman. Yang terbanyak wisatawan Malaysia (206,5 ribu), China (181,3 ribu), Singapura (138,6 ribu), Australia (117,3 ribu) dan Timor Leste 110,4 ribu.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi pemulihan sektor pariwisata bakal membutuhkan waktu lama. Bila tahun 2019 kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional di kisaran 4,7% maka hingga 2024 persentase itu tidak akan tercapai karena hanya 4,2% atau US$21,5-US$22,9 miliar.
Perbaiki Kualitas Toilet
Beberapa hari lalu terbetik berita, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan menugaskan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandi Uno untuk memperbaiki toilet. Perintah yang mengisyaratkan unsur-unsur lain sudah terpenuh, kecuali toilet.
Menparekrafpun langsung menanggapi dengan membentuk Satgas Toilet Nasional. Organisasi baru yang punya nama unik ini direncanakan membangun ribuan toilet di banyak objek pariwisata. Suatu pekerjaan yang tidak mudah.
Hambatan klasik adalah masalah birokrasi, dalam arti koordinasi antar instansi, pemkab, dan pemkot. Bukan tidak mungkin ada pengusaha yang mau memonopoli pembangunan, tetapi kualitasnya tak mendukung.
Menparekraf kiranya perlu mengambil terobosan. Salah satu diantaranya adalah mengundang swasta atau BUMN menjadi sponsor. Bukankah perusahaan memiliki dana CSR?