Jadwal Pelatihan Pariwisata 2015
Perkembangan Kota Batu, Jawa Timur, di sektor pariwisata membawa dampak pada profesi petani. Berdasarkan data sensus pertanian yang berlangsung pada tahun 2003 dan 2013, tercatat jumlah petani mengalami penyusutan hampir 2 ribu rumah tangga.Data sensus pertanian yang berlangsung pada tahun 2003, jumlah petani di Batu sebanyak 19.326 rumah tangga, sedangkan 2013 turun menjadi 17.358 rumah tangga. “Jumlah petani semakin menyusut, lahan pertanian juga terus berkurang,” kata Kepala Dinas Pertanian, Sugeng Pramono, Minggu 12 April 2015. Luas lahan pertanian diketahui menyusut sekitar 11, 5 persen. Pada 2003 luas lahan pertanian mencapai 2.681 hektare dan menyusut menyisakan 2.373 hektare di tahun 2013. Lahan pertanian berubah fungsi menjadi kawasan permukiman, hotel, restoran, dan sektor bisnis lainnya.
Kepala Desa Pendem Kota Batu, Tri Wahyuwono Efendi, mengatakan jumlah petani di usia produktif di desanya terus menyusut.
Rata-rata para pemuda selepas tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) memilih bekerja di sektor jasa pariwisata seperti hotel, restoran, dan industri wisata lainnya. Mereka meninggalkan pekerjaan utama warga setempat sebagai petani.
“Mereka memilih pekerjaan yang bersih, meninggalkan lumpur,” katanya.
Padahal, jika jumlah petani dan luas lahan pertanian menyusut, dikhawatirkan akan mengancam produki beras di Kota Batu.
Sementara, kebutuhan beras bakal terus meningkat, karena pertumbuhan jumlah penduduk.
Selain lahan pertanian yang menyusut, sejumlah petani juga mulai meninggalkan pertanian sayur mayur dan memilih menanam bunga.
Harga bunga yang stabil dan perawatan yang lebih mudah membuat sejumlah petani meninggalkan menanam padi dan jenis sayur lain seperti brokoli, gubis dan sawi. Mereka beralih menanam bunga hias seperti bunga mawar atau krisan.
Ahmad Soleh, warga Desa Sumberrejo, Kecamatan Batu, Kota Batu, beralih menanam bunga krisan sejak dua tahun terakhir. Lahannya seluas 800 meter persegi lebih membawa hasil jika ditanami bunga hias.
“Saya punya 1 ribu pohon, satu pohon bisa menghasilkan dua ikat bunga krisan. Per ikat harganya Rp6 ribu. Harga krisan stabil dan perawatannya mudah. Kalau sayur naik turun dan tergantung cuaca,” kata Ahmad, yang mengaku pernah rugi besar saat menanam Sawi dua tahun lalu.
Meskipun tidak semua, menurutnya, banyak petani yang beralih menanam bunga hias di tempatnya untuk menghindari risiko kerugian yang besar, jika menanam sayur ataupun padi.
“Sayur memang bisa untung besar, tapi kebanyakan buntung. Kalau bunga lebih stabil, cukup untuk makan sehari-hari dan menyekolahkan dua anak saya masuk Sekolah Dasar,” katanya. (ren)