Swiss dukung pengembangan destinasi wisata Indonesia

Jakarta (ANTARA News) – Pemerintah Swiss akan mengucurkan dana 8,9 juta franc untuk mendukung pengembangan destinasi wisata di Indonesia. Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, bantuan dari pemerintah Swiss tersebut akan digunakan untuk meningkatkan daya saing daerah tujuan wisata di Flores (Nusa Tenggara Timur), Tanjung Puting (Kalimantan Tengah), Toraja (Sulawesi Selatan) dan Wakatobi (Sulawesi Tenggara).

“MoU ini kerja sama Kemenparekraf dengan pemerintah Swis melalui Swiss State Secretariat for Economic Affairs of Swiss Confereration (SECO), yang merupakan semacam lembaga bantuan luar negeri mereka, untuk meningkatkan daya saing destinasi yang ada,” katanya di Jakarta, Senin. Menurut Mari, kerja sama yang berlangsung dari tahun 2013 hingga 2017 itu akan menekankan aspek kerja sama dengan pemerintah daerah, sinergi dengan program tata kelola destinasi pariwisata nasional, pemberdayaan sumber daya lokal dan pelibatan institusi pendidikan.

Nota kesepahaman kesepahaman itu menjadi payung kerja sama untuk pengaturan proyek fase II di empat wilayah Organisasi Manajemen Destinasi (Destination Management Organization/DMO) wisata, yang merupakan lanjutan fase I proyek pengembangan pariwisata di Pulau Flores.  Dalam proyek fase pertama, pemerintah Swiss menggelontorkan dana lima juta franc Swiss untuk membangun pariwisata Flores.

“Dari Swiss, kita belajar masalah koordinasi antardaerah dan melibatkan pemda serta komunitas di daerah. Itu yang jadi pelajaran di fase pertama, yang kita lanjutkan di fase kedua,” kata Mari.

Lebih lanjut Mari mengatakan bahwa empat lokasi DMO dalam proyek tersebut merupakan bagian dari 16 kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) yang diprioritaskan pembangunannya.

Ia menjelaskan, ada dua pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan destinasi pariwisata suatu wilayah yakni mengembalikan keberlangsungan daerah pariwisata yang telah mengalami degredasi dan mengembangkan daerah pariwisata baru.

“Empat daerah yang kita pilih itu rata-rata masih dalam kategori tempat yang belum dikembangkan atau baru mulai berkembang,” katanya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 × 5 =