MEA 2015, Ini Tantangan Berat Industri Pariwisata Nasional

Pelatihan Pariwisata | Diklat Pariwisata

wayangIndustri pariwisata Indonesia menghadapi tantangan berat pada saat pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Iqbal Allan Abdullah, Ketua Umum Indonesia Congress dan Convention Association (Incca), mengungkapkan pariwisata Indonesia berada dalam jalur yang menyedihkan dan memprihatikan jika pemerintah tidak segera menerapkan kebijakan yang tepat. “Kami mengharapkan semua stakeholdrs mengawal dan mengawasi kebijakan pemerintahan baru  agar pariwisata nasional berada di tracknya,” ungkapnya, Selasa (23/12). Iqbal mencontohkan investasi di sektor pariwisata kini sebesar 70 persen dikuasai asing. Sebaliknya, pemodal lokal hanya bisa bersaing di kelas kecil hingga menengah.
“Pemerintah harus menyikapi dan mengantisipasi hal ini karena akan membahayakan pariwisata Indonesia,” ujarnya.Presdir PT Royalindo Expo ini menjelaskan soal permodalan juga kurang mendukung pelaku usaha lokal. Semestinya, sambungnya, perbankan memberikan pinjaman modal 70 persen hingga 90 persen pada saat pengusaha sudah memperoleh kontrak bisnis. “Kondisi yang terjadi sebaliknya, semua kegiatan termasuk kegiatan pemerintah ditalangi semua oleh swasta,” ungkap Iqbal.

Hal lainnya, ujarnya, soal suku bunga pinjaman yang di atas 12 persen, padahal di Singapura hanya 3 persen-4 persen.

“Terkait dengan MEA, jika perusahaan Singapura menaruh dana pinjaman bank di perbankan Indonesia, sudah untung sekitar 8 persen,” kata Iqbal.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *