Akses, Kendala Terbesar Pengembangan Industri Pariwisata Domestik

Sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi ujung tombak perekonomian Indonesia. Sebab, sektor energi, penyumbang terbesar pemasukan negara saat ini, dipastikan tidak dapat diandalkan lagi seiring habisnya sumber energi di negeri ini dalam jangka waktu 20 tahun ke depan. Hal ini disampaikan Panca Sarungu, Presiden Indonesia Travel and Tourism Awards (ITTA) Foundation, saat jumpa pers ITTA di Jakarta, Senin (16/12/2013).Ia menyebut sektor pariwisata sebagai industri yang paling menjanjikan untuk menopang perekonomian negara. “Negeri kita kaya akan alam yang cantik. Dalam beberapa tahun terakhir industri perhotelan juga sedang bergairahnya. Indonesia juga menjadi pemesan pesawat terbanyak di dunia,” ujar dia.

Namun diakui Panca, masih banyak tantangan-tantangan dalam pengembangan industri pariwisata dalam negeri. Akses disebutnya sebagai tantangan terbesar. Akses mencakup kapasitas bandara berikut jumlah maskapai penerbangan lokal yang melayani rute internasional.

Ia menilai kapasitas bandara sejauh ini belum mampu menampung jumlah penerbangan secara maksimal.

“Pemerintah diharapkan dapat memperluas area bandara dan memperbaiki kemampuan air traffic controller,” tutur Panca.

Panca pun mengapresiasi langkah pemerintah memindahkan sebagian penerbangan komersial ke Bandara Halim Perdanakusuma yang mulai efektif pada 10 Januari 2014 mendatang.

Selain akses, minimnya rute internasional yang dilayani oleh maskapai penerbangan lokal turut menjadi tantangan tersendiri.

Menurutnya penambahan destinasi internasional sangat penting untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan asing ke Indonesia. “Dibandingkan maskapai negara lain, misal Singapore Airlines yang melayani minimal lima destinasi internasional dari Singapura tiap harinya, Indonesia masih kalah banyak,” katanya.

Maskapai asing yang melayani rute negara asalnya dari dan ke Indonesia juga belum terlalu banyak karena terbentur masalah kerjasama diplomatik.

Di samping itu, tantangan juga datang dari masalah sumber daya manusia (SDM). SDM perlu ditingkatkan lagi. Kendati demikian, ia menilai SDM Indonesia sudah mengalami peningkatan kelas dan jauh lebih baik dibandingkan lima tahun lalu.

Di kesempatan yang sama, Indira Abidin, CEO Fortune PR yang merupakan salah seorang anggota dewan juri ITTA, menambahkan promosi dan pengemasan produk sehingga bernilai daya tarik tersendiri turut menjadi tantangan.

“Tapi semua tantangan bukan pekerjaan rumah pemerintah saja. Pihak swasta juga harus bisa bekerja sama menghadapi tantangan ini,” terang Indira.

Ia berharap acara penghargaan seperti ITTA dapat memotivasi para pelaku industri pariwisata untuk meningkatkan kualitas pelayanan mereka.

ITTA yang digelar Senin malam ini akan memberikan apresiasi kepada 41 brand yang dinilai berhasil memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen dan berkontribusi pada pengembangan pariwisata domestik.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 + four =