Diklat Pelatihan Pariwisata-Indonesia membutuhkan tenaga akademisi di bidang pariwisata. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, Kamis (13/2/2014). “Kita memerlukan akademisi di bidang pariwisata untuk mengembangkan sektor pariwisata secara berkelanjutan”, ujar Mari. Akademisi di bidang pariwisata diharapkan bisa menjalankan kebijakan pemerintah dalam perencanaan pariwisata. Kebutuhan terhadap akademisi pariwisata ini ditindaklanjuti dengan penelaahan kembali kebijakan pemerintah dan koordinasinya dengan stakeholder pariwisata.
Menanggapi hal ini, Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Pendidikan (Dikti) Djoko Santoso menyampaikan arah kebijakan Dikti terkait program studi pariwisata.
“Dikti akan memfasilitasi mobilitas profesi kepariwisataan, memudahkan kualifikasi kompetensi dan sertifikasi profesi kepariwisataan, mengakui keterampilan dalam kepariwisataan, memperbaiki kualitas sumber daya manusia kepariwisataan, dan meningkatkan kualitas pelayanan kepariwisataan,” jelas Djoko.
Ke depannya, program pendidikan tinggi ilmu pariwisata akan terbagi atas program vokasional, terapan, dan ilmu akademik. Program vokasional dan terapan disiapkan untuk menjadi praktisi dalam bidang kepariwisataan, sementara program ilmu akademik disiapkan untuk menjadi akademisi.
“Ini adalah momentum awal terciptanya pengelolaan terhadap pariwisata yang berkelanjutan dan diiringi dengan pengembangan akademik pariwisata,” kata Mari.
Azril Azhari, Ketua DPP Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) juga mengungkapkan betapa pentingnya sertifikasi terhadap tenaga kepariwisataan di Indonesia. “Sertifikasi terhadap tenaga di bidang pariwisata perlu ditegaskan. Antara pendidikan akademi dengan kompetensi harus sejalan. Kalau tidak kita kalah dengan negara-negara lain,” ucapnya.
Menurut Menparekraf, menjelang ASEAN Economic Community yang akan dilaksanakan pada 2015 nanti, SDM di bidang kepariwisataan memang perlu ditingkatkan agar tenaga kepariwisataan Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara lain.
“Kalau kita mau bisa bersaing di pariwisata, kita harus punya ilmu yang kuat, vokasional dan terapannya yang kuat,” tutup Mari.