Masih terbatasnya kualitas infrastruktur di Kaltim membuat pelaku sektor pariwisata. Membengkaknya ongkos pariwisata untuk menutupi kekurangan tersebut, mau tak mau dibebankan kepada wisatawan.Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kaltim Rusdiansyah mengatakan, pelaku jasa pariwisata harus menambah anggaran operasional karena buruknya kualitas infrastruktur di daerah ini. Terutama, berkaitan dengan akses transportasi.Dia mencontohkan akses menuju Taman Nasional Kutai, yang harus ditempuh lewat jalan poros Samarinda-Bontang. Beberapa tahun melewati jalur tersebut, dia mengaku tak merasa adanya perubahan berarti.”Memang terlihat diperbaiki, tapi tak tuntas-tuntas. Seakan-akan tu proyek abadi,” ucapnya kepada Kaltim Post, Senin (7/9) lalu.
Padahal, kata dia, jalur tersebut merupakan akses utama bagi pengunjung Taman Nasional Kutai. Menututnya, objek ekowisata itu harusnya dapat menjadi andalan Kaltim dalam menyedot wisatawan.
“Kaltim ini yang dicari orang adalah ekowisatanya. Tidak banyak taman konservasi yang menjual, seperti TNK ini. Kalau tidak didukung dengan infrastruktur, jangankan pengunjung, pengusaha pariwisata pun enggan mengembangkan potensinya,” beber pria yang akrab disapa Rusdi itu.
Pasalnya, dengan keadaan seperti sekarang, dia menyebut biaya operasional wisata harus membengkak sampai 50 persen dari yang seharusnya dianggarkan. Dengan kondisi seperti itu, beban tersebut mau tak mau juga dibagi kepada customer atau wisatawan.
“Masalahnya tak cuma soal jalan. Fasilitas seperti air dan listrik pun tak pernah lepas dari masalah. Padahal, itu semua kan urusan mendasar,” ujarnya.
Dengan harga yang tak kompetitif, kata dia, potensi ekowisata di Kaltim akan sulit bersaing. Sehingga tak heran, saat tingkat kunjungan wisatawan mancanegara secara nasional tumbuh positif, daerah ini justru terkontraksi.
“Kita sudah kalah dalam urusan rute akses, karena kebanyakan penerbangan internasional itu di Jawa atau Bali. Sampai di sini, masih juga disajikan infrastruktur seburuk ini,” pungkas dia.
Seperti diwartakan, Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat, Juli lalu, jumlah turis asing yang datang ke Benua Etam hanya 572 orang, turun 193 orang dari pencapaian bulan sebelumnya. Sementara dibandingkan dengan kunjungan pada Juli itu 2014 yang mencapai 848 orang, terjadi penurunan 274 wisatawan.
Dengan tambahan 572 kunjungan pada Juli lalu itu, sejak awal tahun ini, Kaltim baru menyedot 4.736 wisatawan asing. Jauh lebih rendah dari periode yang sama pada tahun lalu, di angka 7.749 orang, atau turun sekitar 39 persen. (man2/k15)