Studi Visa 2013: Wisman ke Indonesia Pilih Penerbangan Hemat dan Hotel Bintang Empat

Menurut studi yang melibatkan 12.631 responden dari 25 negara ini, pengeluaran para wisawatan di Indonesia jauh lebih sedikit dibandingkan rata-rata pengeluaran turis secara global. Wisatawan yang datang ke Indonesia rata-rata menghabiskan US$ 1.634 (sekitar Rp 18.259.950) per perjalanan dibandingkan dengan pengeluaran turis global yaitu US$ 2.930 (sekitar Rp 32.742.750) per perjalanan.Namun, turis dari Australia cenderung memiliki pengeluaran yang lebih besar saat berkunjung ke Indonesia yaitu sebesar US$ 4118 (sekitar Rp 46.018.650) dibandingkan dengan pengeluaran turis dari Malaysia dan Singapura saat mengunjungi Indonesia yaitu masing-masing sebesar $ 1145 (sekitar Rp 12.795.375) dan US$ 618 (sekitar Rp 6.906.150). Kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke Indonesia membelanjakan uang mereka pada sektor ritel (30 persen) dan makanan (25 persen) sementara pengeluaran terkecil adalah tiket pesawat (4 persen).

Ellyana Fuad, Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia, mengatakan, sektor pariwisata memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Inilah yang menyebabkan Visa melakukan Travel Intentions Study sejak tahun 2006 sebagai kontribusi Visa dalam membantu mengumpulkan informasi yang bermanfaat bagi industri pariwisata.

Sebagai ilustrasi, sektor pariwisata Indonesia berkontribusi sebesar 5 persen terhadap PDB nasional dan memberikan lapangan pekerjaan bagi lebih dari 8 juta orang di tahun 2012.1 Visa berkomitmen untuk menggunakan hasil studi ini dalam membantu para pembuat kebijakan dan organisasi pariwisata di Indonesia untuk memahami lebih jauh terhadap berbagai dinamika serta pertumbuhan di sektor pariwisata.

Selain wisatawan dari Asia Pasifik, Arab Saudi merupakan salah satu dari lima negara pengunjung Indonesia terbanyak, termasuk juga Taiwan. Wisatawan asing umumnya mengunjungi Indonesia tiga kali dalam setahun, angka yang sama dengan rata-rata perjalanan global.

“Hasil survei ini menegaskan bahwa sektor pariwisata tetap positif di tengah ketidakpastian ekonomi. Hasil ini menunjukkan bahwa kita telah berada pada arah yang tepat dalam usaha menarik lebih banyak wisatawan ke Indonesia,” kata Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

Wisatawan yang datang ke Indonesia ingin menikmati liburan yang sederhana, bebas dan mudah. Kebanyakan dari mereka ingin menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga (42 persen) sementara para wisatawan yang berusia lebih muda (usia 25-34 tahun) ingin berlwisata ke pantai (18 persen). Wisatawan yang berusia lebih tua cenderung lebih tertarik untuk menghabiskan waktunya pada wisata budaya (12 persen).

Pada beberapa tahun ke depan, keinginan untuk berwisata ke Indonesia cenderung tinggi terutama bagi para turis dengan kategori usia muda. Wisatawan yang ingin mengunjungi Indonesia di beberapa tahun mendatang umumnya masih datang dari negara-negara yang sama, dengan peningkatan pada jumlah turis Malaysia (35 persen) dan Australia (19 persen). “Sesuai dengan anggaran biaya” (42 persen) dan “good value for money” (35 persen) tetap menjadi alasan utama mereka dalam mengunjungi Indonesia.

“Mudahnya akses untuk berwisata dalam kawasan, termasuk pula berwisata ke Indonesia, yang diikuti oleh tumbuhnya kelas menengah sangat berpengaruh terhadap peningkatan pariwisata di Asia. Negara-negara Asia telah mengalami peningkatan signifikan dalam sektor pariwisata yang didukung oleh pertumbuhan ekonomi serta promosi wisata akan keunikan dari masing-masing negara sebagai destinasi pariwisata,” tambah Ellyana. (EVA)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

nine + 15 =