YOGYA (KRjogja.com) – Acara budaya yang terbilang langka sangat mampu mendongkrak pariwisata suatu daerah. Salah satu contohnya, pernikahan putri Sultan Hamengku Buwono X. Pernikahan tersebut mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke Yogya.Hal tersebut yang disampaikan Pemimpin Redaksi SKH Kedaulatan Rakyat Drs Octo Lampito MPd pada Diskusi Pariwisata (Studi Kasus tentang acara mantu Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Peringatan HUT kota Yogya) di Kampus Akademi Pariwisata Buana Wisata, Rabu (6/11/2013). Diskusi tersebut menjadi salah satu praktikum mahasiswa semester 3 untuk meningkatkan SDM agar bisa melihat dunia pariwisata yang sebenarnya.
“Fenomena pariwisata semacam itu bisa menjadi bahan kajian yang bagus. Selain itu, banyak acara di Yogya yang bisa dikelola lagi untuk mengundang wisatawan. DIY sendiri memiliki potensi di wisata alam, budaya, kuliner dan minat khusus. Untuk itu, diperlukan kepekaan untuk melihat potensi sebuah daerah agar bisa dikelola menjadi aset wisata yang besar,” tuturnya.
Mahasiswa pariwisata, lanjut Octo, harus paham potensi dan kemungkinan lain yang masih bisa dikembangkan sebagai aset wisata. Mengingat mereka juga bagian dari duta wisata.
“Sumbangan pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sendiri mencapai Rp 8.241,9 tiryun. Wajar jika banyak yang berusaha menggerakkan dunia pariwisata. Hanya saja tidak mudah karena ada prasyarat seperti daya tarik destinasi, akses transportasi dan komunikasi ke akses destinasi, dukungan infrastruktur pemerintah setempat dan masyarakat lokal destinasi,” ungkapnya.
Promosi pariwisata juga tidak lepas dari media massa. Berdasarkan data Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, wisatawan asing datang ke Indonesia 56% karena membaca
internet.
“Perkembangan new media tidak bisa ditinggalkan sejak masuknya internet. Ini peluang yang tidak dipungkiri memberikan dampak yang bagus. Karenanya, kerjasama setiap komponen seperti akademisi, media dan insan pariwisata sangat diperlukan untuk kemajuan pariwisata,” paparnya.(Mez)