Menikmati Wisata Religi dan Keindahan Alam

Pelatihan Pariwisata | Diklat Pariwisata -Sektor pariwisata menduduki urutan keempat penyumbang devisa negara. Tak berlebihan jika sektor pariwisata menjadi ranah strategis untuk memajukan Indonesia. Dengan demikian, potensi wisata daerah menjadi sangat penting untuk digali dan dikembangkan agar dapat menarik minat wisatawan baik lokal dan mancanegara untuk berkunjung ke wisata daerah di Indonesia. Salah satunya Kabupaten Cirebon yang memiliki banyak potensi wisata mulai dari wisata ziarah yakni makam Sunan Gunung Jati (Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati), wisata Talun (Desa Cirebon Cirang, Kecamatan Talun), Syech Magelung Sakti (Desa Suranenggala, Kecamatan Kapetakan), dan Nyi Mas Gandasari (Desa Pangurangan, Kecamatan Pangurangan).

Wisata alam di Cirebon terdapat di Gronggong (Desa Patapan, Kecamatan Beber), Setu Sedong (Desa Sedong Lor, Kecamatan Sedong), Plangon (Desa Babakan, Kecamatan Sumber), Belawa (Desa Belawa, Kecamatan Sedong), dan Banyu Panas (Desa Palimanan, Kecamatan Gempol). Cirebon juga memiliki potensi wisata lainnya yaitu desa batik di Desa Trusmi Wetan, Kecamatan Plered, serta tarian khas yang hingga kini masih dipertahankan.

Saat Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Destinasi Pariwisata Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berkunjung ke Cirebon, disuguhkan tarian khas daerah tersebut, yakni tari Babak Yaso atau biasa disebut tari Ba’so, tari Topeng, serta tari Sampyong.

Sajian tarian khas ini dimaksudkan untuk menjadi magnet bagi pengunjung sehingga wisatawan tidak hanya melintas di Cirebon, tetapi bisa tinggal dan menikmati alam Cirebon. Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenparekraf Oneng Setya Harini mengatakan, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat wisatawan adalah dengan mengusung Aksi Sapta Pesona.

Sapta Pesona adalah kondisi ideal yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah di Indonesia. Demi menciptakan kondisi ideal tersebut, suatu daerah tujuan wisata harus memenuhi unsur aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan. ”Kami ingin pariwisata dapat berdampak secara ekonomi pada masyarakat,” kata Oneng saat seminar Peningkatan Kapasitas Masyarakat di Destinasi Pariwisata di Cirebon, Selasa (29/4).

Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang pariwisata harus dilakukan agar masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Kemenparekraf ingin memberikan kesadaran bahwa pariwisata dapat dimanfaatkan sebagai industri yang memiliki nilai ekonomis. ”Jika masyarakat telah memiliki kesadaran tersebut, maka mereka bisa menerapkan unsur-unsur Sapta Pesona,” tandasnya.

Seminar ini diikuti para stakeholder pariwisata seperti PHRI, biro perjalanan, pengelola tempat wisata, dan LSM. Untuk tahap awal, pihaknya melakukan peningkatan kapasitas pariwisata masyarakat dan pelatihan pendukung. Misalnya, memberikan bimbingan teknis bagi stakeholder dan masyarakat desa wisata di antaranya pelatihan bahasa asing, kesenian, kuliner, serta pendalaman seni dan budaya. Cirebon salah satu daerah yang menjadi prioritas untuk dikembangkan karena Cirebon merupakan daerah yang dilintasi banyak wisatawan.

”Tahun ini kami mengembangkan 186 aktivitas di 86 kabupaten/kota 18 provinsi dengan dana Rp21 miliar dari anggaran peningkatan kapasitasmasyarakat di Destinasi Pariwisata dan Aksi Sapta Pesona,” ungkapnya. Bupati Cirebon Sunjaya Purwadisastra menambahkan, pengembangan pariwisata dengan efek ganda akan mendorong peningkatan lapangan kerja baru. Pemberdayaan masyarakat bisa jadi alat untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.

”Perkembangan pariwisata di Cirebon berkembang pesat sehingga membawa dampak positif bagi pembangunan kota ini,” katanya. Perkembangan wisata Cirebon terlihat dari banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung, seperti Malaysia dan Timur Tengah.

”Mereka biasanya berwisata ziarah dan melihat keraton,” jelasnya. Dia setuju sebagai daerah wisata, Cirebon harus memiliki SDM dan fasilitas standar internasional. ?r ratna purnama

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

9 + 10 =